Monday, May 4, 2009

Kobangdikal Siapkan Perwira Intelijen Maritim

4 Mei 2009, Surabaya -- Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal) saat ini sedang menyiapkan para perwiranya sebagai perwira intelijen maritim dan perwira peperangan laut.

Sebanyak 20 perwira pertama yang disiapkan sebagai perwira intelijen maritim dan perwira peperangan laut mengikuti kursus "Principle Warfare Officer" (PWO) selama 6,5 bulan di Kobangikal, Surabaya.

"Kendati persenjatan militer sudah usang dan alokasi anggaran pertahanan di negeri ini sangat terbatas, kami tidak akan berhenti untuk tetap memberdayakan segala potensi komponen pertahanan yang dimiliki demi tetap terjaganya naluri tempur prajurit dalam menjaga NKRI," kata Komandan Kobangdikal, Laksda TNI Soemartono, dalam sambutan pembukaan Kursus PWO di Gedung Kasianto, Kobangdikal, Surabaya, Senin.

Menurut dia, kursus tersebut bertujuan untuk mendidik dan membekali para perwira TNI AL menjadi prajurit yang berjiwa pejuang dan memiliki spesialisasi khusus di bidang intelijen kemaritiman.

"Kursus ini merupkan kesempatan langka, walaupun digelar tiap tahun, namun jumlah pesertanya sangat terbatas, hanya para perwira pelaut terpilih yang bisa mengikuti kursus ini," katanya.

Di lihat dari catatan sejarah pada saat tentara menggunakan kapal layar sebagai armada tempur, strategi dan taktik perang yang berkembang saat ini masih mengacu strategi tempo dulu.

"Beberapa strategi dan taktik pertempuran zaman dulu masih relevan sampai sekarang. Lihat saja karya Mahan masih dipakai sebagai dasar dalam pelajaran strategi maritim. Kita juga melihat karya ahli strategi perang Tiongkok, Sun Tzu, yang sampai sekarang pemikirannya masih digunakan dalam dunia usaha untuk memenangkan persaingan bisnis," katanya.

Sementara pada era kapal mesin, TNI AL mengenal Richmond Hill dan Corbet sebagai pemikir strategi maritim modern. "Sejak tahun 1992, kita melihat adanya perubahan kebijakan 'Naval Strategy' Amerika Serikat yang memfokuskan diri pada peperangan laut 'open seas'. Kita juga melihat peningkatan kekuatan laut dengan persenjataan modern di negara-negara tetangga," katanya menjelaskan.

Menjawab tantangan yang semakin besar, pimpinan TNI AL telah merumuskan pembangunan kekuatan laut sampai 2024 dengan menjadikan Angkatan Laut yang besar, kuat, dan profesional.

"Pada dasarnya, kekuatan yang dibangun merupakan struktur kekuatan angkatan laut yang memenuhi persyaratan sebagai kekuatan dalam tataran 'green water navy', yakni kekuatan yang dapat diandalkan untuk menegakkan stabilitas keamanan dan berkemampuan mengadakan perlawanan terhadap setiap ancaman," katanya.

Sumartono yakin "green water navy" itu dapat segera terwujud paling lambat tahun 2020.
"Namun kekuatan itu tidak akan berarti apa-apa, bila dalam penggunaannya tanpa disertai pemilihan strategi dan taktik yang jitu. Taktik dan strategi merupakan dua hal yang sangat menentukan untuk memenangkan suatu peperangan. Strategi dan taktik tempur laut merupakan seni atau ilmu penggunaan berbagai jenis persenjataan di laut dalam menghancurkan lawan untuk mencapai tujuan tertentu," katanya.

Menurut dia, taktik tempur di laut lebih memanfaatkan keunggulan teknologi senjata. Oleh sebab itu, dia mengharapkan, para siswa kursus POW dapat memanfaatkan waktu yang relatif singkat itu sebaik-baiknya, karena tujuan akhir dari kursus tersebut bukan hanyauntuk mendapatkan sertifikat perwira intelijen atau brevet PWO semata, melainkan keahlian dan peningkatan profesionalisme seorang perwira intelijen dan pelaut yang mampu menganalisis dan mengevaluasi dan merespons ancaman sesuai prosedur yang berlaku.
(Antara Jatim)

No comments:

Post a Comment