Prototipe robot penjinak bom karya ITS yang akan diproduksi massal. (Foto: rakyatmerdeka)
11 Agustus 2009 -- Mengamati robot pengintai yang dipakai Tim Polisi Anti Teror untuk masuk ke dalam rumah Muh. Djahri di Dusun Beji, Desa Kedu Kecamatan Beji, Temanggung, sangat mirip dengan punya Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS. Hanya saja, robot itu masih berupa protoype.
Ketua Tim Peneliti Dr Ir Endra Pitowarno M Eng mengatakan, robot karyanya memang mirip dengan yang digunakan Densus 88. Hanya saja, ”Robot yang dipakai Densus 88 itu robot impor, ”katanya. Biasanya robot-robot itu didatangkan dari Inggris atau Norwegia.
Dia menjelaskan, pihaknya memang meneliti dan membuat robot penjinak bom. Penelitian itu berawal dari 2007 lalu, dimana ia bekerjasama dengan empat mitra. Yakni Gegana, LIPI, Ristek, dan PT Pindad untuk mengembangkan robot tersebut. ”Penelitian ini selama tiga tahun,”kata Endra. Endra lantas berjalan menunjukkan robotnya.
Di laboratorium manufaktur PENS ITS, Endra menunjukkan robotnya. ”Robot saya masih ada disini,”kata Endra lantas menarik gerobak beroda. Di atas gerobak itu, tampak plastik putih menyelimuti sebuah benda. Endra lantas mengambil plastik itu dan barulah tampak robot karya dosen PENS ITS itu.
Di lengan kiri robot tertulis GP Mobot 092 yang artinya General Pupose robot 092. 09 adalah tahun, dan angka 2 adalah penelitian kedua. Endra sempat membuat karya pertama di tahun 1994. “Itu penelitian sendiri,”ujar kaprodi Teknik Mekatronika PENS ITS itu.
Robot itu terlihat kokoh dengan warna hijau dongker khas TNI. Bentuknya mirip sebuah tank dengan menggunakan sabuk beroda. Masing-masing tapak sabuk roda yang terbuat dari karet itu bertuliskan PENS.
Kelebihan dari robot itu, robot itu bisa menaiki tangga yang tercuram sekalipun. ”Robot bisa merangkak menaiki setiap anak tangga,”katanya.
Untuk mengoperasikannya, robot itu menggunakan remote control. Di bagian depan, sebuah camera berfungsi sebagai pengintai. Operator bisa melihat apa yang didepan robot itu dari jarak jauh.
Untuk menggerakkan robot, ada tujuh aki kering yang berada dib adan robot. Empat untuk motor, dua untuk menggerakkan tangan robot. Dan satu aki untuk kamera.
Dipunggung robot itu, nampak lempengan putih kotak. Itu adalah tempat untuk Disrupter atau alat penjinak bom. ”Kami hanya buat robotnya Disrupter-nya kami tidak bisa,”katanya.
Robot itu memiliki tangan yang bisa digerak-gerakkan. Keatas, kebawah, hingga mengapit benda. ”Tujuannya untuk mengambil sesuatu benda. Misalnya bom,” ucapnya.
Jika robot itu sudah dilengkapi disrupter, lanjut Endra, robot itu bisa menjalankan tugasnya sebagai robot penjinak bom. Cara kerjanya, robot mengambil bom itu dengan tangannya. Lalu, robot berjalan ke tempat aman yang tidak membahayakan nyawa orang lain. “Jika sudah di tempat aman, bom diletakkan,” terangnya.
Lalu, robot membalikkan badan. ”Disinilah disrupter bekerja,”katanya. Disrupter bisa berupa tekanan angin yang kuat atau air yang dimampatkan. Lalu air itu disemprotkan ke bom tersebut. ”Tujuannya untuk menon-aktifkan detonator (pemicu ledakan, red),”katanya.
Saat ini, robot itu sudah rampung. ”Masih dalam tahap pengujian. Jika tidak ada permasalahan, robot itu akan direpro oleh PT Pindad untuk diproduksi masal,” katanya.
Biaya penelitian itu sebesar Rp 300 juta. Hal itu tidak sebanding dengan harga robot impor. ”Bisa mencapai Rp 1 miliar,” katanya.
Saat ini, pihaknya juga meriset varian baru robot penjinak bom. Namun sayang, Endra enggan untuk memberikan keterangan terkait robot terbarunya. ”Jangan. Bentuknya sudah paten. Yang jelas, fungsinya sama. Hanya saja tidak mengeluarkan suara,” katanya. Penelitian itu harus selesai November nanti dengan total dana Rp 350 juta.
BATAM POS
No comments:
Post a Comment