Thursday, November 18, 2010

Catatan Indo Defence Aerospace Marine 2010

Deretan panser Anoa baru dipajang di Indo Defense 2010. (Foto: Berita HanKam)

19 November 2010 -- Deretan panser Anoa 6 x 6 buatan PT Pindad di pelataran Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, menjadi primadona bagi masyarakat yang berkunjung ke Indo Defence Aerospace Marine 2010. Hampir selalu ada yang berfoto di sana selama pameran, 10-13 November 2010.

Pameran keempat yang diselenggarakan dua tahun sekali ini memang lebih diperuntukkan bagi industri, militer, dan pemerintah. Warga yang boleh menikmati pameran ini pada hari terakhir, selain menatap kagum teknologi militer dari sekitar 400 perusahaan dari 38 negara, tentu tidak melewatkan industri milik negara ini.

Panser Anoa, misalnya. Walaupun tanpa atraksi, PT Pindad menampilkan APC Anoa V2 6 x 6 atau armored personal carrier Anoa V2 6 x 6 yang merupakan keluaran terbaru. Versi terbaru ini mendapat beberapa perubahan, seperti sistem kontrol persenjataan yang menggunakan joystick, seperti bermain game. Pelindung kaca samping dan depan juga bisa dibuka-tutup dari dalam sehingga lebih memudahkan tentara yang sebelumnya harus buka dan tutup dari luar. Dengan sistem senjata Smoke Shield kaliber 66 milimeter (mm) dan Armaments 7,62 mm dan 12,7 mm, APC Anoa V2 6 x 6 ini memang baru hadir dalam bentuk prototipe.

Anoa memesona. Selain digunakan TNI di dalam negeri, Anoa juga mengembara ke berbagai misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti di Lebanon. Tidak heran, Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Dr Ahmad Zahid saat mengunjungi pameran, Kamis (11/11), mengakui, Malaysia mengkaji rencana pembelian Anoa, menggantikan kendaraan tempur Condor. Sebelumnya Malaysia menandatangani kontrak pembelian 32 Anoa.

SS2-Bullpup. (Foto: Berita HanKam)

Selain panser, PT Pindad juga memamerkan Senapan Serbu (SS)2 yang versi terbarunya menggunakan bullpup. SS2-Bullpup ini, walau masih menggunakan laras 46 cm sebagaimana SS2-V1, dimensinya berkurang seperempat dari SS2-V1. Beratnya pun kurang dari 3 kilogram. Pengembangan ini diharapkan memberikan keuntungan karena bentuknya lebih ringkas. Ia juga punya sistem bidik laser dan tactical light yang terintegrasi dan ada di handguard. Pengembangan lebih lanjut, termasuk dari segi materi, akan menuju generasi ketiga dari SS.

Dari stan Litbang TNI, ada Kartika yang adalah prototipe hovercraft—kapal berbantalan udara—yang dibuat TNI Angkatan Darat. Kapal yang mampu melayang sekitar 15 sentimeter dari permukaan tanah, air, atau lumpur ini bisa ”terbang” di atas gelombang setinggi 1,2 meter. Dengan dibuat dari struktur material gabungan-komposit, muatan maksimum yang tertera bisa sampai 3 ton.

Pada Litbang TNI Angkatan Udara, yang menjadi produk unggulan tentunya bom Sukhoi, P 100 dan PL 100. Pengunjung bisa melihat isi dalam bom itu, yang terdiri dari serpihan logam yang mematikan. Kalau selama ini deretan 10 pesawat Sukhoi Indonesia diibaratkan macan ompong karena kita tak mampu membeli senjata, bom yang diuji coba sejak setahun belakangan ini pun membuat terperangah. Seorang petinggi militer Australia, misalnya, sampai bertanya sangat detail.

Akan tetapi, kendala pengembangan persenjataan justru dari dalam negeri. Masih ada birokrat yang menghambat serta adanya kepentingan ekonomi dari petinggi militer dan keterikatan dengan rekanan.

KOMPAS

No comments:

Post a Comment