Monday, November 9, 2009

Panglima dari TNI AL

Tiga kepala staf TNI yang baru, (dari kiri) Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal George Toisutta, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya Agus Suhartono, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Imam Sufaat, bersalam komando sebelum dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/11). (Foto: KOMPAS/Alif Ichwan)

10 November 2009, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengambil sumpah tiga kepala staf angkatan Tentara Nasional Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/11). Dari tiga kepala staf tersebut, pengamat militer Andi Widjajanto memperkirakan, Panglima TNI berasal dari TNI AL.

Tampak hadir dalam pengambilan sumpah tersebut Wakil Presiden Boediono dan pimpinan lembaga-lembaga negara.

Mereka yang diambil sumpah adalah Letnan Jenderal George Toisutta sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat menggantikan Jenderal Agustadi SP. Kepala Staf TNI Angkatan Laut dijabat Laksamana Madya Agus Suhartono menggantikan Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno. Marsekal Madya Imam Sufaat dilantik menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara menggantikan Marsekal Soebandrio.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso memastikan, pergantian tiga kepala staf TNI merupakan rutinitas yang dilakukan TNI secara berkala sehingga tidak ada ketergesa-gesaan dalam keputusan Presiden. ”Tidak ada itu (pembangkangan). Semuanya sudah dalam perencanaan dan pembinaan yang lama untuk kepentingan regenerasi,” kata Djoko saat ditanya pers.

Pers sebelumnya menanyakan sinyalemen adanya kekecewaan korps TNI yang berujung pembangkangan akibat sejumlah posisi tidak diisi TNI. Kepala Badan Intelijen Negara dan Menteri Dalam Negeri, yang biasanya diisi korps TNI Angkatan Darat, kali ini diisi oleh unsur Kepolisian Negara RI dan sipil.

Menurut Djoko, permintaan untuk pergantian itu datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ”Kalau nama-nama, kami yang mengajukannya. Itu memang untuk regenerasi. Tentunya calon-calon (kepala staf TNI) sudah disiapkan. Karena untuk mendapatkan Panglima TNI, sumber-sumbernya juga berasal dari tiga kepala staf TNI,” ujar Djoko.

Giliran matra laut

Menanggapi mutasi tersebut, Andi Widjajanto, yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, menilai, para kepala staf lama memang diganti untuk membuka peluang bagi para perwira tinggi di bawahnya naik dan kemudian salah satu dari mereka akan mengisi posisi Panglima TNI, yang juga akan pensiun. ”Mestinya, kalau dari urut-urutan, Panglima TNI mendatang giliran matra laut,” ujar Andi.

Dengan kondisi seperti itu, bisa dipastikan kecenderungan pengadaan peralatan utama sistem persenjataan TNI ke depan, menurut Andi. akan lebih terfokus pada persenjataan maritim.

Upaya pembangunan kekuatan persenjataan matra laut sudah juga dirintis oleh mantan KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, yang mengusulkan pembentukan konsorsium enam negara terkait pembangunan korvet nasional di Indonesia, dalam hal ini di PT PAL.

Kerja sama tersebut nantinya dalam bentuk produksi bersama. Beberapa negara yang kemungkinan besar akan terlibat adalah Belanda, Italia, Korea Selatan, dan China. Dua negara lain masih belum ditentukan.

Selain itu, Tedjo memang sudah lama ingin ada kapal selam untuk TNI AL. ”Usulannya sudah diterima Departemen Pertahanan. Pilihannya produksi Korsel atau Rusia,” kata Andi. Selain korvet nasional, juga diusulkan pembangunan kapal perang jenis landing platform dock dan perusak kawal rudal.

KOMPAS

No comments:

Post a Comment