Monday, March 22, 2010

Kolaborasi Indonesia-Filipina demi Eliminasi Penyelundupan Senjata

Brimob mengejar para teroris di Lamkabeu, Aceh. (Foto: KOMPAS)

22 Maret 2010, Jakarta -- Penggerebekan pelatihan terorisme di Lamkabeu, Aceh, menemukan sejumlah senjata yang disinyalir berasal dari Filipina Selatan. Untuk mengeliminir penyelundupan senjata tersebut, TNI AL dan AL Filipina akan menggelar operasi terkoordinasi pada April 2010.

Hal tersebut disampaikan oleh KSAL Laksamana Agus Suhartono kepada wartawan di Jakarta, Senin (22/3). "Untuk menjaga kerawanan-kerawanan lalu lintas senjata, kita dari Indonesia dan Filipina selalu ada unsur yang patroli di sana. Bahkan, pada April nanti, akan ada patroli bersama, patroli terkoordinasi antara TNI AL dan AL Filipina. Itu juga upaya untuk mengantisipasi, mengeliminir senjata yang berasal dari Filipina," kata KSAL.

Ia menyatakan bahwa jalur yang berada di sekitar Filipina memang rawan dari penyelundupan senjata. Namun, KSAL mengaku TNI AL tak pernah bisa membuktikannya secara langsung karena pengangkutnya langsung membuang di laut. "Misal, perbatasan Indonesia-Filipina, modusnya menggunakan kapal nelayan ketika diperiksa senjatanya ditenggelamkan. Kami sangat sulit mengawasi hal itu," jelas Agus.

Selain patroli laut, TNI juga merencanakan memasang sejumlah radar di daerah Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Tujuannya untuk memantau lalu lintas kapal yang melewati jalur tersebut. Radar tersebut merupakan hibah dari Amerika Serikat sebagai salah satu pengguna jalur laut Timur Indonesia tersebut.

Ia mengaku radar sudah ada yang difungsikan di jalur tersebut meski tetap tak bisa menemukan kapal yang menyelundupkan senjata tersebut. "Radar itu ada terpasang, tapi hanya mengetahui kapal lewat atau tidak. Manakala pemeriksaan, kalau modusnya seperti itu yakni senjatanya dibuang di laut, kami enggak akan menemukan apa-apa," cetusnya.

Indonesia sebelumnya juga sudah memasang 12 radar di sepanjang pantai Sumatra untuk mengawasi lalu lintas yang terpadat di dunia itu. Dari 12 radar, empat di antaranya merupakan pengadaan sendiri dengan nilai kontrak Rp40 miliar. Sisanya berasal dari hibah AS.

"Kalau di Selat Malaka, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia secara terus menerus melakukan upaya patroli terkoordinasi. Patroli itu sangat berharap bisa mengeliminir penyelundupan senjata," tandasnya.

MEDIA INDONESIA

No comments:

Post a Comment