Presiden Venezuela Hugo Chavez. (Foto: Reuters)
9 Januari 2009 -- Pemerintah Amerika Serikat, Jumat (8/1) membantah pernyataan Presiden Venezuela Hugo Chavez saat sidang kabinet yang menyatakan sebuah pesawat militer AS melanggar dua kali wilayah udara Venezuela, Jumat (8/1).
“Kami dapat menegaskan tidak ada pesawat militer AS masuk ke wilayah udara Venezuela hari ini. Menjadi sebuah kebijakan kami tidak akan terbang di atas wilayah udara negara lain tanpa sebelumnya diijinkan atau berkoordinasi,” ungkap juru bicara Pentagon melalui e-mail kepada Kantor Berita Reuters.
Sebelumnya Presiden Chavez mengatakan memerintahkan dua jet tempurnya F-16 mencegat pesawat militer AS yang masuk udara Venezuela dua kali pada Jumat (8/1).
Pesawat AS dihalau oleh F-16 AU Venezuela, setelah menyusup ke udara Venezuela yang pertama selama 15 menit dan kedua 19 menit.
Sambil mengacungkan sebuah foto pesawat, beliau menjelaskan ini sebuah P-3. Pesawat ini lepas landas dari pangkalannya di Curacao Kepulauan Karibia Belanda menuju Kolombia yang merupakan seteru Venezuela.
Pemerintah Belanda mengatakan kehadiran militer AS di Curacao dan Aruba – sekitar 250 awak pesawat dan staf darat – hanya untuk operasi anti narkotika dan surveilan pada rute penyelundupan di daerah Karibia.
F-16 AU Venezuela. (Foto: pauliddon.net)
Lockheed Martin P-3 Orion, salah satu variannya EP-3E Aries II ditabrak jet tempur Cina J-8 diatas Laut Cina Selatan 1 April 2001 dan mendarat darurat di Pulau Hainan Cina. Sedangkan pilot Cina Wang Wei tewas dalam insiden ini. (Foto: Lockeed Martin)
AU Venezuela memiliki 21 Lockheed F-16A Block 15OCU tetapi yang dapat dioperasikan hanya 14 pesawat. Venezuela memiliki juga 24 Sukhoi Su-30MKV Flanker-G dan akan ditambah lagi 24 pesawat.
Venezuela akan memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan persenjataan dari Rusia atau Cina. Venezuela dan Rusia telah menandatangani kontrak pembelian senjata senilai 4,4 milyar dan 500 juta dolar. Venezuela juga membeli 18 jet latih/tempur ringan K-8 Karakorum dari Cina. Pembelian ini untuk mengatasi peningkatan kehadiran militer AS di negara tetangganya Kolombia.
Reuters/@info-hankam
No comments:
Post a Comment