30 April 2012, Jakarta: Indonesia berencana membeli 100 tank kelas berat Leopard milik Angkatan Darat Belanda senilai 280 juta dolar. Pangdam VI Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti di Balikpapan, Senin (26/3), mengatakan 88 unit akan mengamankan perbatasan dan sisanya 12 unit ditempatkan di Pusdiklat Kavaleri di Batujajar, Jawa Barat.
Tank Leopard akan ditempatkan dalam satu batalyon kavaleri Kodam VI Mulawarman dan satu batalyon kavaleri Kodam XII Tanjungpura, masing-masing batalyon mengoperasikan 44 unit.
Indonesia masih menunggu keputusan akhir Belanda kepastian kontrak pembelian Leopard pada Mei 2012. Partai oposisi di Parlemen Belanda menolak penjualan Leopard ke Indonesia dengan alasan buruknya masalah HAM. Mundurnya Geert Wilders dari partai pendukung pemerintah dan menyebrang ke partai oposisi, mengancam penjualan tank Leopard ke Indonesia batal. Sedangkan Belanda memerlukan dana segar untuk membeli alutsista baru, terutama pesawat tanpa awak.
Pemerintah tetap akan membeli Leopard dengan persetujuan Parlemen, meskipun Belanda membatalkan penjualan. Jerman sebagai pembuat Leopard sebagai alternatif negara penjual Leopard ke Indonesia. Komisi I DPR-RI telah mengunjungi pabrik tank Leopard Krauss-Maffei Wegmann (KMW) pada bulan ini, guna menjajaki pembelian Leopard.
Menurut Komandan Pussenkav Brigadir Jenderal TNI Purwadi Mukson, S.IP imbangan daya tempur relatif (kesetaraan) satuan kavaleri TNI AD jauh di bawah rata-rata negara-negara di Asia Tenggara.
The Military Balance in Asia: 1990-2011 yang dikeluarkan CSIS mencatat hanya Indonesia dan Filipina tidak memiliki tank kelas berat di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Australia memiliki 59 tank kelas berat modern, Kamboja memiliki 150 tank kelas berat tidak modern, Laos memiliki 25 tank kelas berat tidak modern, Malaysia memiliki 48 tank kelas berat modern, Singapura memiliki 196 tank kelas berat tidak modern, Thailand memiliki 105 tank kelas berat tidak modern dan 178 modern, serta Vietnam memiliki 1315 tank kelas berat tidak modern.
Untuk melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), dibutuhkan tank dilengkapi kanon kaliber besar lebih besar dari 105 mm yang hanya dimiliki tank kelas sedang dan berat. Batalyon Kavaleri TNI AD hanya dilengkapi tank kelas ringan yang dilengkapi kanon kaliber 90 mm atau 105 mm. Tank kelas ringan berfungsi untuk tugas-tugas pengamanan.
Sejumlah pihak terutama LSM dan legislator dari partai oposisi menolak pembelian tank kelas berat, dengan alasan geografis Indonesia negara kepulauan dan kontur tanah tidak cocok dilalui tank kelas berat.
Jepang sebagai negara kepulauan dengan pulau utamanya lebih kecil dibandingkan Kalimantan, mengoperasikan tank kelas berat.
Tank Leopard berbobot 62.5 ton menggunakan roda rantai meninggalkan tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² , sedangkan Toyota Kijang berbobot 1,65 ton tekanan jejaknya jejaknya 2.331 kg/cm², dihitung menggunakan rumus ilmu Fisika tekanan jejak. Berdasarkan perhitungan ilmu Fisika tersebut, tank berat Leopard layak dioperasikan di Indonesia.
Batalyon Leopard akan dilengkapi juga dengan kendaraan tempur jenis Armored Recovery Vehicle (ARV) dan Armoured Vehicle Launching Bridge (AVLB), untuk mengatasi medan sulit termasuk kondisi konstruksi jembatan yang meragukan.
Tank Leopard dipilih setelah mengkaji sejumlah tank kelas berat standar NATO dan Rusia. Leopard unggul dalam penilaian teruji di medan tempur (Perang Afghanistan), harga relatif murah, suku cadang terjamin, Transfer of Technology (ToT) mudah didapat dari pihak pabrikan, bahan bakar solar diesel, dan amunisi 120 mm standar NATO mudah diperoleh.
Sesuai Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya. Sebagai implementasi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Kehadiran tank kelas berat Leopard kebutuhan mutlak dan mendesak untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal satuan kavaleri TNI AD.
Selamat datang tank kelas berat Leopard di Indonesia.
Sumber: Jurnal Yudhagama Volume 32 No. 1 Maret 2012/RNW/CSIS
@Berita Hankam
No comments:
Post a Comment