Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Tuesday, March 16, 2010
Impor Senjata Bisa Ganggu Stabilitas Asia Tenggara
16 Maret 2010, Amsterdam -- SIPRI, sebuah organisasi perdamaian bergengsi Swedia, mengeluarkan laporan tentang impor senjata ke Asia dan Oseania. Dalam laporan itu tertera, impor senjata ke Indonesia, Singapura dan Malaysia meningkat sebanyak 84, 146 dan 722 persen.
Peningkatan ini bisa membahayakan stabiltas dan perdamaian kawasan, karena negara-negara Asia tidak terbiasa untuk berdialog satu sama lain. Demikian Siemon Wezeman dari SIPRI kepada Radio Nederland Wereldomroep.
Dalam laporannya, SIPRI, Stockholm International Peace Research Institute, mengungkapkan pembelian senjata besar-besaran yang terus meningkat oleh negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura bisa menyulut ketidak-stabilan Asia Tenggara.
Menurut Siemon Wezeman, seorang pakar Asia pada ISPRI, penambahan pembelian senjata yang dilakukan tiga negara Asia Tenggara itu, bisa menyulut persaingan pemilikan senjata modern, yang pada gilirannya bisa merusak stabilitas dan mengancam perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
Seperti yang terjadi di banyak kawasan, mengapa negera-negara tersebut terus melakukan pembaruan dan memperlengkapi diri dengan sejata baru yang modern, adalah faktor-faktor konflik dalam negeri, di samping konflik-konflik antar negara di kawasan tersebut, yang tak kunjung tuntas terselesaikan.
Siemon Wezeman: “Di kawasan-kawasan seperti Asia Selatan, Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara terdapat ketegangan antar berbagai negara dan juga di dalam negeri itu sendiri. Ketegangan tersebut di masa lalu terkadang sampai berkembang menjadi perang atau aksi-aksi militer dari negara-negara yang bersangkutan.”
Negara-negara yang bersangkutan memang punya alasan masing-masing dalam mengimpor senjata. Indonesia, Malaysia dan Singapura selalu mengajukan alasan ancaman bajaklaut di Selat Malaka, yang mengganggu keselamatan pelayaran kapal-kapal niaga dan kapal tanker mereka. Dan dugaan berkembangnya gerakan terorisme di kawasan itu.
Menurut Siemon Wezeman, ancaman para bajak laut di Malaka memang sangat mengkhawatirkan, namun untuk menghadapi para pembajak tersebut, tidak perlu harus membeli kapal selam dan kapal perang canggih dan mutakhir seharga lebih dari 200 juta dolar, dilengkapi persenjataan berat seperti meriam berkaliber besar dan perlengkapan eletronik mutakhir. Tidak pula diperlukan pesawat tempur jarak jauh untuk mendukung suatu operasi militer.
Sumber minyak
Alasan yang sering diungkap oleh negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Cina, Muangthai, adalah luas wilayah yang menuntut pemilikan angkatan bersenjata yang kuat dan modern, untuk melindungi kedaulatan negara mereka masing-masing.
Siemon Wezerman yang juga mempelajari mengapa terjadi pembelian senjata besar-besar dewasa ini, dan ke arah mana kecenderungan perkembangannya, juga menyinggung wilayah yang sarat konflik di wilayah Laut Cina Selatan. Ini masih bisa menyulut sengketa wilayah oleh banyak negara di sekitarnya, kalau suatu ketika ditemukan sumber minyak bumi di kawasan laut itu. Dan tampaknya ada kemungkinan persiapan ke arah itu.
SURYA/SIPRI
Labels:
Hankam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment