Sejumlah personel TNI dan Polri melakukan latihan gabungan terpadu penanggulangan teror di Markas Komando Brimob Mabes Polri, Depok, Jawa Barat, Selasa (9/3). Latihan gabungan terpadu antara TNI dan Polri itu digelar untuk menanggulangi teror serta meningkatkan profesionalisme dalam menghadapi setiap bentuk serangan teroris yang berpotensi mengganggu stabilitas nasional. (Foto: KOMPAS/Alif Ichwan)
10 Maret 2010, Jakarta -- Latihan menghadapi teroris dilakukan di perairan Teluk Jakarta, Selasa (9/3) pagi. Empat dari 10 teroris yang membajak kapal tanker tewas ditembak petugas keamanan.
Mereka tewas setelah baku tembak teroris dengan petugas pengaman pelabuhan yang terdiri dari Polres Pelabuhan, Kesatuan Pengaman Laut dan Pantai (KPLP) Administrasi Pelabuhan, serta Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut.
Selain menewaskan empat orang, petugas juga berhasil melukai dua lainnya dan empat orang lainnya dibekuk. Keberhasilan petugas segera disambut tepuk tangan para hadirin ruang VIP Terminal Pelabuhan Tanjung Priok. Hadirin menilai dari latihan itu terlihat petugas siap menghadapi teroris yang bisa setiap saat mengganggu keamanan Indonesia.
Peringatan
Latihan itu bukan sekadar unjuk kekuatan. Apalagi Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Pertahanan Brigjen I Wayan Midhio membenarkan adanya instruksi dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu ke Markas Besar TNI agar meningkatkan patroli pengamanan Selat Malaka, berkoordinasi dengan dua negara pesisir lain, Malaysia dan Singapura. Patroli pengamanan itu terkait peringatan dari pihak intelijen Angkatan Laut Singapura soal kemungkinan peningkatan aktivitas teroris, terutama di kawasan Aceh.
Soal kemungkinan adanya keterkaitan erat antara keberadaan para teroris di Aceh dan kemungkinan serangan teroris di kawasan Selat Malaka, Wayan mengaku belum berani memastikan walau membenarkan hal seperti itu bisa saja terjadi.
”Biasanya sebelum menjalankan aksi teror yang lebih besar, teroris itu akan terlebih dahulu mengumpulkan dana untuk membiayai aksi mereka. Boleh jadi caranya dengan membajak atau merompak dan lain sebagainya. Nanti mungkin saja ketika dana telah terkumpul, mereka lalu melakukan kegiatan teror yang jauh lebih menghebohkan,” ujar Wayan.
Lebih lanjut Wayan memaparkan, informasi intelijen dari pihak Singapura menyebutkan soal adanya aktivitas teroris yang berencana membajak kapal tanker pengangkut minyak di kawasan Selat Malaka. Modus serupa terjadi di perairan Somalia, Afrika. Namun, tambahnya, informasi intelijen dari Singapura itu tidak menyebutkan secara rinci soal kelompok teroris mana yang bermain di Aceh.
Terluka
Latihan penanggulangan teroris juga digelar di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Hanya saja dalam latihan ini, seorang anggota Brimob mengalami kecelakaan. Tubuhnya meluncur tak terkendali saat turun dengan tali dari helikopter dalam latihan bersama dengan TNI AD di gedung BEI, Jakarta Selatan.
Tubuh Brigadir Satu Dedi Suhendar, anggota khusus pasukan Brimob Kelapa Dua Depok, tersebut langsung menghujam ke tanah lapangan.
Para anggota Brimob lain dan petugas kesehatan yang bersiap di tepi lapangan langsung mengangkat tubuh Dedi ke dalam ambulans lalu membawanya pergi untuk mendapat pertolongan.
Sampai Selasa sore, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jendral Edward Aritonang menyatakan belum mendapat laporan soal kecelakaan itu. Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Sulistyo Ishak hanya berucap pendek. ”Yang latihan tadi hanya dari Polri, kondisi anggota yang kecelakaan belum diketahui,” ujarnya.
Kecelakaan itu berawal saat sejumlah anggota Brimob Kelapa Dua latihan bersama menangani teroris dengan anggota TNI AD. Pada bagian pertama latihan, yakni penyerangan teroris di Hotel Borobudur, berjalan lancar. Akan tetapi, pada bagian latihan kedua yang menggambarkan upaya menangkal serangan teroris ke gedung BEI, kecelakaan terjadi.
Dalam skenario disebutkan, untuk menangkap teroris yang berada di gedung BEI, diturunkan pasukan Polri dan TNI lewat jalur udara. Maka meluncurlah helikopter mendekati lapangan yang dijadikan sasaran teroris. Dari ketinggian sekitar 50 meter, dua anggota, salah satu di antaranya Briptu Dedi dan seorang anggota TNI, meluncur turun dari helikopter dengan seutas tali.
Kedua latihan itu merupakan persiapan menuju latihan bersama anggota TNI untuk mengamankan kedatangan Presiden Barack Obama ke Jakarta akhir bulan ini. Latihan bersama akan digelar pada 11-13 Maret di Polda Metro Jaya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amri menyatakan, pengamanan juga dilakukan dengan menggelar Operasi Aman Nusa VII tahun 2010. ”Operasi akan terus digelar hingga tiga hari setelah Obama meninggalkan Jakarta,” kata Boy.
KOMPAS
No comments:
Post a Comment