Tim gabungan TNI- Polri melakukan simulasi penanggulangan teroris saat Latihan Gabungan Antiteror TNI- Polri di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Sabtu (13/3). Latihan itu diikuti sekitar 3.559 personil dari TNI dan Polri untuk selalu siaga dalam penanggulangan aksi teroris secara profesional. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/mes/10)
14 Maret 2010, Jakarta -- Salah satu tujuan latihan gabungan (Latgab) TNI- Polri di Hotel Borobudur kemarin adalah untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan strategi teroris dari serangan bom ke penyanderaan dengan senjata.
Aksi serangan mematikan oleh teroris ke sebuah hotel pernah terjadi di Hotel Taj Mahal, Mumbai, India tahun 2008 lalu.
Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen mengatakan, semua kemungkinan yang dilakukan teroris harus menjadi pertimbangan dalam latihan tersebut.
Latihan diupayakan serealistis mungkin, sehingga ketika peristiwa itu benar-benar terjadi, TNI dan Polri telah siap menghadapinya.
Dalam latihan kemarin, sekelompok teroris diskenariokan menyerbu Hotel Borobudur dan menyandera sejumlah tamu.
Mereka juga memasang bom di sejumlah ruangan dan mengajukan tuntuntan satu unit helikopter, uang 1 juta dollar dan pembebasan semua tahanan teroris di Mabes Polri.
“Seperti pengalaman di Mumbai. Namun, tidak persis,” kata Sagom kepada Okezone, Sabtu (13/3/2010).
Penangkapan teroris oleh Densus 88 sepekan ini di Aceh, Pamulang dan Solo telah memunculkan pandangan baru mengenai strategi mereka dalam beraksi.
Pengamat Intelijen Dynno Cresbon, misalnya, berpendapat temuan pusat latihan perang dan puluhan pucuk senjata api di kawasan Aceh Besar, mengindikasikan para teroris tak lagi menggunakan bom mobil atau bom ransel.
Hal itu, kata dia terkait karakter Dulmatin yang tidak sama dengan Dr Azhari yang selalu menggunakan bom bunuh diri.
okezone
No comments:
Post a Comment