24 anggota Kopaska melakukan latihan penyergapan teroris di kawasan Tambak Wedi, Surabaya, tahun lalu. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)
11 April 2010 -- Sejak 22 Maret lalu, Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) memiliki komandan baru. Dia adalah Letkol Laut (P) Yeheskiel Katiandagho yang sebelumnya menjabat Wadan Resimen Kadet AAL. Dia membeberkan kepada Jawa Pos berbagai ide untuk mendigdayakan kesatuan yang juga dikenal sebagai Frogman itu.
Salah satu caranya, mengembalikan pengucapan kesatuannya secara utuh. Yakni, Satkopaska. Sebab, pria kelahiran Malang tersebut mengaku kurang sreg dengan sebutan satuan yang baru dipimpinnya itu. Pengucapan yang dimaksud adalah menyingkat nama kesatuan menjadi Paska tanpa embel-embel satuan komando. Cara pengucapan tersebut, menurut dia, kurang pas.
Menurut dia, penyebutan kesatuan seharusnya bisa utuh layaknya kesatuan lain yang di dalam Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). ''Secara administrasi memang Satkopaska, tapi pengucapannya tidak demikian,'' ujarnya.
Nah, side effect dari ketidaklengkapan penyebutan nama tersebut, menurut Yeheskiel, berpengaruh pada kebanggaan akan kesatuan. Dia lantas mencontohkan penyebutan atau penulisan alamat yang salah. Alamat yang dicari tidak akan ditemukan dengan cepat dan tepat. ''Bukannya apa-apa, tujuannya, semua punya visi dan misi yang sama dengan kami di sini,'' jelasnya.
Gebrakan yang dilakukan tidak hanya berkutat pada nama Satkopaska. Ayah dua anak tersebut juga mulai merintis pembangunan lapangan tembak di dalam lingkungan Kopaska. Dalam kepemimpinannya, makan bersama komandan dan pasukan menjadi menu baru yang tidak boleh dilewatkan. Dari situ, dia ingin lebih dekat dan bisa menyerap aspirasi pasukannya. Selain itu, dia mengajukan pembangunan flat untuk kesejahteraan prajurit.
Namun, salah satu PR krusial yang harus ditingkatkan saat ini meningkatkan performa dan postur prajurit. Salah satu caranya, menggenjot intensitas latihan. Menurut Yeheskiel, hal tersebut penting karena persenjataan sudah berubah secara signifikan. ''Sekarang seorang anggota Kopaska harus menguasai lebih dari 13 item senjata.''
Bukan untuk Dapat Perlakuan Khusus
Menjadi anggota Satkopaska bisa jadi merupakan impian setiap prajurit TNI-AL. Maklum, tidak sembarang orang bisa menjadi anggota korps yang memiliki semboyan Tan Hana Wighna Tan Sirna yang berarti Tak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi itu. Hanya, Dansatkopaska Letkol Laut (P) Yeheskiel Katiandagho masih melihat, ada prajuritnya yang belum bisa mensyukuri hal tersebut.
Dia menyatakan, masih banyak pelanggaran kecil yang tidak terlihat. Seperti memukul istri, berbohong, bahkan ngentit. Padahal, menjadi anggota pasukan katak harus menjunjung etika dan kejujuran. "Kita ini bagian dari orang-orang yang dipanggil, tetapi sedikit terpilih. Perilaku juga harus dijaga," tuturnya.
Sebab, kalau sistem itu dilanggar, Yeheskiel menyebut akan merembet ke kesatuan. Saat ini di dalam pasukan yang berdiri pada 31 Maret 1962 tersebut, terdapat tiga unsur. Yakni prajurit yang memiliki brevet, nonbrevet, dan PNS. "Ini semuanya satu keluarga. Satu kena, yang lain juga merasakan," tegas pria humoris itu.
Saat ini Kopaska memang memiliki peran yang punya nilai strategis dalam TNI-AL. Tidak salah masyarakat jika selama ini menginterpretasikan Kopaska sebagai pasukan yang hebat. Sebagai pasukan elite, militansi yang dimiliki juga tidak perlu diragukan lagi. Namun, bagi anggota Kopaska angkatan XVI itu, prajuritnya bukan berarti akan memperoleh perlakuan khusus. Termasuk kebal akan hukum.
Karena itu, Yeheskiel miris jika melihat anggotanya berbuat nakal. Dia memastikan akan menindak anggotanya yang nakal. Prajurit memang harus memiliki wibawa dan disegani, tetapi kesalahan besar jika menakut-nakuti warga.
Pria berdarah Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, itu juga melarang anak buahnya terbuai kata-kata pasukan khusus atau elite. Menurut dia, tidak ada pasukan yang hebat. Yang ada hanyalah terlatih. Kemampuan menembak, menyergap, hingga berenang bisa didapat dengan berlatih rutin. "Pesawat itu hebat karena bisa terbang, tapi tidak terlatih. Yang terlatih itu pilotnya," tandas dia.
Jawa Pos
No comments:
Post a Comment