Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/4). Rapat terbatas tersebut mengenai revitalisasi industri pertahanan dan permasalahan kehutanan serta perubahan iklim. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/nz/10)
17 April 2010, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhohoyono berharap Indonesia memiliki kemandirian dalam pengadaan sistem persenjataan dan peralatan pertahanan. Tak hanya itu, ia juga berharap agar industri pertahanan Indonesia dapat memiliki daya saing tinggi dan menembus pasar internasional.
"Kita juga ingin dengan daya saing yang makin tinggi, maka industri kita itu bisa memproduksi perlengkapan pertahanan yang bisa dipasok ke negara negara sahabat," kata Presiden di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/4).
Presiden SBY memimpin rapat terbatas kemarin khusus membicarakan mengenai industri pertahanan. Pada kesempatan itu, ia mengatakan, industri pertahanan di Indonesia harus makin optimal karena investasi untuk membangun industri tersebut sangat besar. Penyiapan sumber daya manusia dalam industri tersebut juga memiliki biaya yang tak rendah.
Kepala negara mengingatkan, sebelum krisis ekonomi pada 1998, industri pertahanan di Tanah Air memiliki daya saing yang tinggi. Namun saat krisis, industri ini terganjal masalah pendanaan.
Oleh karena itu menurutnya, setelah perekonomian pulih kembali, kini saatnya untuk melakukan revitalisasi dan pengembangan dan industri pertahanan. Ia mengatakan, revitalisasi industri pertahanan menjadi prioritas dan agenda utama pemerintah dalam lima tahun mendatang.
Ia berjanji pemerintah akan mencari solusi pendanaan dan manajemen dalam industri pertahanan agar Indonesia memiliki industri pertahanan yang tangguh.
"Agar dari segi market di dalam negeri, ada kepastian dan cukup kuat untuk memproduksi sistem persenjataan dan perlengkapan militer itu, sekaligus bagaimana inovasi dan langkah-langkah lain untuk benar-benar menuju ke industri pertahanan yang tangguh," katanya.
JURNAS
No comments:
Post a Comment