Sejumlah prajurit Korps Marinir TNI AL mempersiapkan materiil tempur disela-sela upacara pembukaan Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2012, di Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/10). Latgab tersebut bertujuan untuk untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengendalikan mekanisme Operasi Gabungan TNI secara tepat guna dan berhasil guna dalam rangka menghadapi kemungkinan kontinjensi yang diperkirakan akan terjadi. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/nz/12)
20 Oktober 2012, Surabaya: Sejumlah persenjataan TNI dari tiga matra digunakan dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2012 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Sabtu (20/10).
Beberapa persenjataan yang digunakan diantaranya, 1 unit Radar Giraffe, 5 unit Meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rhenmetal 20 mm, 4 unit Rudal Robot Bofors Sistem (RBS-70) dari Yon Arhanudri-2 Kostrad, 4 pucuk Mortir 8 Tampela, 4 pucuk Mortir 60 RR dan 4 pucuk Senapan Mesin Sedang dan Berat.
Persenjataan lainnya adalah 4 unit Tank Amfibi jenis Palawa Tanka (PT) 76-M dari Menkav-1 Marinir. Selain itu, 2 BTR 50-PM, 2 BTR 50 PK dan 3 BTR 50 P, 4 unit Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa) dari Menkav-1Marinir Surabaya. Juga 4 pucuk Meriam Howitzer 105 mm dan 2 unit kendaraan roket RM-70 Grad, 2 kendaraan tempur Sea Rider milik Satuan Kopaska Koarmatim dan 2 Helikopter Kolibri dari TNI Angkatan Udara.
Beberapa peralatan tempur yang berada di jajaran Koarmatim juga terlibat dalam latihan akbar ini. Diantaranya 3 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Perusak Kawal Rudal, 1 KRI klas Sigma, 1 Kapal Patrol Ship Killer (PSK), 1 Kapal Cepat Torpedo (KCT) dan 1 Kapal Fast Patrol Boat.
Dalam gladi tempur tersebut juga bergabung unsur kapal perang dari Komando Tugas Gabungan Laut (Kogasgabla).
Menurut Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, pada abad ke-21, bentuk perang berubah menjadi perang modern multi kompleks. Oleh karena itu, mengharuskan adanya doktrin militer yang kuat. Karena tanpa doktrin tersebut, perang modern dapat dipastikan akan menuju kekalahan. Bahkan perang gerilya sekalipun tidak akan dapat mencapai kemenangan.
Lebih lanjut, Panglima TNI mengatakan penetapan doktrin pertahanan kepulauan dan doktrin militer nasional yang komperhensif, cepat dan tepat menjadi bagian terpenting dalam penetapan strategi militer nasional dan perumusan pembangunan kekuatan demi tercapainya postur TNI.
Dalam konteks konsep Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimum, Laksamana Agus mengatakan perlu konsep gelar militer pertahanan kewilayahan dan penyiapan komando gabungan yang memiliki interoperability tinggi.
“Pemilihan alutsista yang tepat dan cepat, merupakan kata kunci keberhasilan tugas TNI dalam menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan NKRI,” katanya seperti dilansir dalam siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim.
Laksamana Agus mengatakan, tujuan Latihan Gabungan TNI tahun ini adalah meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengendalikan mekanisme operasi gabungan TNI secara tepat guna dan berhasil guna dalam rangka menghadapi kemungkinan kontinjensi yang diperkirakan akan terjadi.
Dalam pembukaan Latihan Gabungan TNI tahun 2012, bertindak sebagai Inspektur Upacara Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dengan Komandan Upacara Pagdiv-2 Kostrad Mayjen TNI Setyo Sularso, yang menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Latgab TNI.
Pada upacara pembukaan, hadir tiga Kepala Staf Angkatan, Pangkostrad Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono dan para Pangkotama TNI sewilayah Surabaya. Sedangkan pasukan upacara terdiri dari satu Batalyon pasukan gabungan TNI AD, AL dan AU serta satu Kompi gabungan Pasukan Khusus TNI.
Usai upacara, Panglima TNI meninjau Markas Latihan Posko (Latposko) yang berada di Mako Komando Latihan (Kolat) Koarmatim. Saat peninjauan, Panglima TNI menerima paparan dari Direktur Olah Yudha (DOY) Brigjen TNI Siburian mengenai rencana garis besar dan konsep umum latihan.
Sumber: Jurnas
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, October 20, 2012
Friday, October 19, 2012
USS Green Bay (LPD-20) Lego Jangkar di Selat Badung
Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Green Bay (LPD-20) lego jangkar di perairan laut Selat Badung, Bali, Jumat (19/10). Kapal pengangkut alat berat dan alat tempur itu menjalankan misi pelayaran latihan dari San Diego, California, AS, menuju Dili, Timor Leste, dan memilih singgah di Bali hingga Minggu (21/10) sebelum melanjutkan perjalanan ke negara-negara lain di Asia. (Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie/pd/12)
19 Oktober 2012,Selat Badung: Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Green Bay (LPD-20), singgah di Bali dalam misi pelayarannya di kawasan Asia Tenggara.
"Kami berada di sini mulai Kamis (18/10) sampai Minggu (21/10) setelah melakukan pelayaran dari Hawai dan Timor Leste," kata Komandan Lapangan USS Green Bay, Letkol Robinson, di atas kapalnya yang lego jangkar di perairan laut Selat Badung, Jumat.
Kapal pengangkut alat berat dan alat penunjang tempur lainnya itu melakukan misi pelayaran latihan dari "home base-nya" di San Diego, California, AS.
Selain alat berat dan alat penunjang tempur, seperti tank, panser, dan helikopter, kapal berbobot mati 28 ribu ton dengan panjang 208,5 meter dan lebar 39 meter itu juga mengangkut sedikitnya 1.000 personel Angkatan Laut AS.
"Kapal ini tidak pernah terlibat perang, kecuali hanya untuk latihan pelayaran dan pendaratan peralatan tempur di beberapa belahan dunia," kata Robinson mengenai kapal yang dibuat pada 2005 dan dioperasikan pertama kalinya pada 2009 itu.
Sementara itu, Kapten USS Green Bay, Kolonel Putnam Browne, menambahkan bahwa dipilihnya Bali sebagai tempat persinggahan atas keinginan para prajuritnya.
"Setelah dari Timor Leste, kami menawarkan kepada prajurit mengenai tempat singgah. Mereka sepakat memilih Bali. Pulau ini sangat indah dan mereka baru pertama kali mengunjunginya," katanya didampingi Asisten Bidang Informasi Konjen AS di Surabaya, Markus Wisnu Murti.
Waktu tiga hari di Bali dimanfaatkan awak USS Green Bay untuk mengunjungi tempat-tempat eksotis. Mereka berangkat secara berkelompok dari lokasi lego jangkar di Selat Badung ke Pelabuhan Benoa, Denpasar, dengan menggunakan taksi air (water taxi) untuk selanjutnya dijemput bus atau angkutan darat lainnya untuk menuju objek-objek wisata sesuai pilihan mereka.
Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut I Wayan Suarjaya menyambut baik kedatangan personel Angkatan Laut AS dalam pasukan USS Green Bay itu.
"Setidaknya mereka sudah membuktikan sendiri bahwa Indonesia, khususnya Bali benar-benar aman," katanya setelah mendapat kesempatan mengunjungi kapal itu.
Ia kagum dengan kekuatan formasi pasukan di dalam kapal jenis 'landing platform dock" atau "amphibious transport dock" itu . "Kita hanya berharap bisa memiliki kapal sebesar itu untuk mendukung tugas operasional pengamanan laut kita yang luas ini," kata Suarjaya.
Sumber: ANTARA Bali
19 Oktober 2012,Selat Badung: Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Green Bay (LPD-20), singgah di Bali dalam misi pelayarannya di kawasan Asia Tenggara.
"Kami berada di sini mulai Kamis (18/10) sampai Minggu (21/10) setelah melakukan pelayaran dari Hawai dan Timor Leste," kata Komandan Lapangan USS Green Bay, Letkol Robinson, di atas kapalnya yang lego jangkar di perairan laut Selat Badung, Jumat.
Kapal pengangkut alat berat dan alat penunjang tempur lainnya itu melakukan misi pelayaran latihan dari "home base-nya" di San Diego, California, AS.
Selain alat berat dan alat penunjang tempur, seperti tank, panser, dan helikopter, kapal berbobot mati 28 ribu ton dengan panjang 208,5 meter dan lebar 39 meter itu juga mengangkut sedikitnya 1.000 personel Angkatan Laut AS.
"Kapal ini tidak pernah terlibat perang, kecuali hanya untuk latihan pelayaran dan pendaratan peralatan tempur di beberapa belahan dunia," kata Robinson mengenai kapal yang dibuat pada 2005 dan dioperasikan pertama kalinya pada 2009 itu.
Sementara itu, Kapten USS Green Bay, Kolonel Putnam Browne, menambahkan bahwa dipilihnya Bali sebagai tempat persinggahan atas keinginan para prajuritnya.
"Setelah dari Timor Leste, kami menawarkan kepada prajurit mengenai tempat singgah. Mereka sepakat memilih Bali. Pulau ini sangat indah dan mereka baru pertama kali mengunjunginya," katanya didampingi Asisten Bidang Informasi Konjen AS di Surabaya, Markus Wisnu Murti.
Waktu tiga hari di Bali dimanfaatkan awak USS Green Bay untuk mengunjungi tempat-tempat eksotis. Mereka berangkat secara berkelompok dari lokasi lego jangkar di Selat Badung ke Pelabuhan Benoa, Denpasar, dengan menggunakan taksi air (water taxi) untuk selanjutnya dijemput bus atau angkutan darat lainnya untuk menuju objek-objek wisata sesuai pilihan mereka.
Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut I Wayan Suarjaya menyambut baik kedatangan personel Angkatan Laut AS dalam pasukan USS Green Bay itu.
"Setidaknya mereka sudah membuktikan sendiri bahwa Indonesia, khususnya Bali benar-benar aman," katanya setelah mendapat kesempatan mengunjungi kapal itu.
Ia kagum dengan kekuatan formasi pasukan di dalam kapal jenis 'landing platform dock" atau "amphibious transport dock" itu . "Kita hanya berharap bisa memiliki kapal sebesar itu untuk mendukung tugas operasional pengamanan laut kita yang luas ini," kata Suarjaya.
Sumber: ANTARA Bali
Lantamal III Lakukan Sea Trial Dua Kapal Patroli
(Foto: Lantamal III)
19 Oktober 2012, Jakarta: Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut III Brigjen TNI (Mar) Ikin Sodikin AS menyaksikan secara langsung pelaksanaan sea trial Patkamla Sepa dan Wanara yang merupakan unsur jajaran Satuan Keamanan Laut (Satkamla) Lantamal III di perairan Teluk Jakarta, Jumat (19/10).
Sea trial ini dalam rangka ujicoba setelah dua Patkamla tersebut selesai dalam perbaikan baik mesin maupun body kapal. Pelaksanaan sea trial yang dihadiri personel dari Dinas kelaikan material Angkatan Laut (Dislaikmatal) ini berjalan cukup baik.
Selama sea trial Komandan Lantamal III yang semula berada di KAL Kalagian untuk melihat manuvra kapal, kemudian pindah ke Patkamla Sepa yang diujicoba. Selanjutnya Komandan merasakan sendiri Patkamla milik Lantamal III dalam acara sea trial dengan mengemudi sendiri Patkamla Sepa sampai dengan kecepatan sampai 25 knot.
Ikut serta dalam acara sea trial Patkamla ini antara lain Wadan lantamal III Kolonel laut (P) Muchammad Richad serta para asisten Danlantamal III.
Sumber: Lantamal III
19 Oktober 2012, Jakarta: Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut III Brigjen TNI (Mar) Ikin Sodikin AS menyaksikan secara langsung pelaksanaan sea trial Patkamla Sepa dan Wanara yang merupakan unsur jajaran Satuan Keamanan Laut (Satkamla) Lantamal III di perairan Teluk Jakarta, Jumat (19/10).
Sea trial ini dalam rangka ujicoba setelah dua Patkamla tersebut selesai dalam perbaikan baik mesin maupun body kapal. Pelaksanaan sea trial yang dihadiri personel dari Dinas kelaikan material Angkatan Laut (Dislaikmatal) ini berjalan cukup baik.
Selama sea trial Komandan Lantamal III yang semula berada di KAL Kalagian untuk melihat manuvra kapal, kemudian pindah ke Patkamla Sepa yang diujicoba. Selanjutnya Komandan merasakan sendiri Patkamla milik Lantamal III dalam acara sea trial dengan mengemudi sendiri Patkamla Sepa sampai dengan kecepatan sampai 25 knot.
Ikut serta dalam acara sea trial Patkamla ini antara lain Wadan lantamal III Kolonel laut (P) Muchammad Richad serta para asisten Danlantamal III.
Sumber: Lantamal III
Sukhoi Ikuti Latihan Angkasa Yudha 2012
(Foto: Lanud Halim)
19 Oktober 2012, Jakarta: Pesawat tempur TNI Angkatan Udara jenis Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin, Makasar yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Untung Suropati, tepat pukul 9.30 WIB, Jumat (19/10) mendarat dengan mulus di Landasan pacu Lanud Halim Perdanakusuma.
Kedatangan pesawat Tempur Sukhoi disambut langsung oleh Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI A. Adang Supriyadi, bersama Kepala Dinas Operasi Letkol Pnb Aditya Permana.
Menurut Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Untung, setelah mendarat, satu Flight Sukhoi akan berada di Halim Perdanakusuma selama satu pekan dalam rangka mengikuti Latihan Puncak TNI Angkatan Udara Tahun 2012 dengan sandi Angkasa Yudha.
Sumber: Jurnas
19 Oktober 2012, Jakarta: Pesawat tempur TNI Angkatan Udara jenis Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin, Makasar yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Untung Suropati, tepat pukul 9.30 WIB, Jumat (19/10) mendarat dengan mulus di Landasan pacu Lanud Halim Perdanakusuma.
Kedatangan pesawat Tempur Sukhoi disambut langsung oleh Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI A. Adang Supriyadi, bersama Kepala Dinas Operasi Letkol Pnb Aditya Permana.
Menurut Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Untung, setelah mendarat, satu Flight Sukhoi akan berada di Halim Perdanakusuma selama satu pekan dalam rangka mengikuti Latihan Puncak TNI Angkatan Udara Tahun 2012 dengan sandi Angkasa Yudha.
Sumber: Jurnas
Thursday, October 18, 2012
KRI Arun-903 Lakukan Bekal Ulang
KRI Arun-903 salah satu Unsur Kapal perang RI yang tergabung dalam latihan Armada Jaya-XXXI/2012 melaksanakan bekal ulang pengisian bahan bakar dua unsur LST jenis Frosch KRI Teluk Sibolga-536 dan KRI Teluk Celukang Bawang-532 di perairan Sangatta Kalimantan Tumur.(Foto: Dispenarmabar)
18 Oktober 2012, Sanggata: KRI Arun-903 dengan Komandan Kolonel Laut (P) Joko W, selama kegiatan manuver lapangan latihan armada Jaya-XXXI/2012 melaksanakan bekal ulang bahan bakar terhadap unsur-unsur kapal perang RI pada posisi sekitar 1,5 mil dari Pantai Sangatta Kalimantan Timur.
KRI Arun-903 sebagai unsur Komando Tugas gabungan Amfibi dalam manuver lapangan Armada Jaya XXX)/2012, melaksanakan pengisisn bahan bakar cair terhadap unsur kapal perang RI pada saat berada pengecekan kesiapan pada tahap latihan Umum di Perairan sekitar Pulau laut Banjarmasin dan selanjutnya berperan dalam pengiisian bekal cair di daerah sasaran pendaratan amfibi di Sangatta Kalimantan Timur.
Kegiatan bekal ulang dilaksanakan dalam rangka mendukung manuver lapangan unsur-unsur KRI diantaranya KRI jenis penyapu ranjau KRI Pulau Rengat-711, KRI Pulau Rupat-712, LST jenis Frosch KRI Teluk Sibolga-536 dan KRI Teluk Celukang Bawang-532 serta beberapa unsur kapal perang RI lainnya yang tergabung dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012.
Dukungan logistik cair dengan melibatkan KRI Arun-903 jenis kapal tanker selama lintas laut manuver lapangan dibawah komando Tugas Gabungan Amfibi latihan Armada Jaya XXXI/2012 turut serta dalam manuver formasi tempur konvoi bersama KRI jenis landing Ship Tank (LST) dan Frosch angkut Tank dan pasukan dengan kapal markas KRI Banjarmasin-592 sebagai markas komando Panglima Kogasgabfib Laksda TNI Sadiman, S.E yang sehari-hari menjabat Pangarmabar.
Kegiatan bekal Ulang pengisian bahan bakar cair dilaksanakan di Daerah Sasaran Amfibi dalam formasi titik pencar formasi kapal perang RI dalam diagram serbuan yang disimulasikan pada operasi pendaratan amfibi pada manuver lapangn di perairan Sanggata, Kalimantan Timur.
Sumber: Dispenarmabar
18 Oktober 2012, Sanggata: KRI Arun-903 dengan Komandan Kolonel Laut (P) Joko W, selama kegiatan manuver lapangan latihan armada Jaya-XXXI/2012 melaksanakan bekal ulang bahan bakar terhadap unsur-unsur kapal perang RI pada posisi sekitar 1,5 mil dari Pantai Sangatta Kalimantan Timur.
KRI Arun-903 sebagai unsur Komando Tugas gabungan Amfibi dalam manuver lapangan Armada Jaya XXX)/2012, melaksanakan pengisisn bahan bakar cair terhadap unsur kapal perang RI pada saat berada pengecekan kesiapan pada tahap latihan Umum di Perairan sekitar Pulau laut Banjarmasin dan selanjutnya berperan dalam pengiisian bekal cair di daerah sasaran pendaratan amfibi di Sangatta Kalimantan Timur.
Kegiatan bekal ulang dilaksanakan dalam rangka mendukung manuver lapangan unsur-unsur KRI diantaranya KRI jenis penyapu ranjau KRI Pulau Rengat-711, KRI Pulau Rupat-712, LST jenis Frosch KRI Teluk Sibolga-536 dan KRI Teluk Celukang Bawang-532 serta beberapa unsur kapal perang RI lainnya yang tergabung dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012.
Dukungan logistik cair dengan melibatkan KRI Arun-903 jenis kapal tanker selama lintas laut manuver lapangan dibawah komando Tugas Gabungan Amfibi latihan Armada Jaya XXXI/2012 turut serta dalam manuver formasi tempur konvoi bersama KRI jenis landing Ship Tank (LST) dan Frosch angkut Tank dan pasukan dengan kapal markas KRI Banjarmasin-592 sebagai markas komando Panglima Kogasgabfib Laksda TNI Sadiman, S.E yang sehari-hari menjabat Pangarmabar.
Kegiatan bekal Ulang pengisian bahan bakar cair dilaksanakan di Daerah Sasaran Amfibi dalam formasi titik pencar formasi kapal perang RI dalam diagram serbuan yang disimulasikan pada operasi pendaratan amfibi pada manuver lapangn di perairan Sanggata, Kalimantan Timur.
Sumber: Dispenarmabar
Wednesday, October 17, 2012
Roket RM 70 Hancurkan Pertahanan Musuh
Sejumlah kendaraan tempur milik Korps Marinir melakukan penembakan dengan menggunakan Roket RM.70 Grand. (Foto: ANTARA/Prabu Pandya/ss/nz/10)
17 Oktober 2012, : Desa Sekerat membara. Pertempuran sengit kala fajar menyingsing membumihanguskan kawasan pegunungan kapur di sisi utara dari arah pantai. Serangan kilat artileri dan ribuan pasukan marinir melumpuhkan pertahanan musuh di gunung itu.
Ratusan peluru yang terlontar dari meriam Canon 100 mm dan 30 mm di belasan tank amfibi menimbulkan suasana mencekam. Asap dan ledakan di mana-mana. Aroma tajam mesiu menyeruak di sepanjang garis pantai, mengiringi pendaratan ribuan marinir siap tempur dari kapal-kapal kokoh di pesisir.
Eksotisme pantai Sekerat saat matahari terbit seolah tertutupi dengan kecamuk pertempuran. Deburan dan pecahan ombak seolah tak terdengar dikalahkan dentuman keras berbagai piranti tempur.
Situasi kian mencekam ketika roket RM 70 GRAD dimuntahkan secara bertubi-tubi. Lidah api yang panjang mengiringi hujan roket yang menembus sisi-sisi gunung dan menerjang pusat pertahanan musuh.
Suasana ini merupakan pelaksanaan rangkaian latihan puncak TNI Angkatan Laut (AL) bersandi Armada Jaya XXXI tahun 2012 yang digelar di Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Senin (15/10). Latihan ini melibatkan semua unsur kesenjataan dan kekuatan TNI AL. Mulai dari kapal perang (KRI) dari berbagai jenis yang melakukan penyekatan dan pertempuran laut. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, menyaksikan langsung latihan tersebut.
Pertempuran juga didukung kapal Landing Platform Dock (LPD) dan Landing Ship Tank (LST) yang memuat ratusan prajurit marinir lengkap dengan seluruh kesenjataan infanteri, artileri dengan HOW 105 dan roket RM 70 GRAD, kavaleri dengan tank terbaru BMP 3F dari Rusia, serta LVT-7 dari Korea Selatan disamping tank lama.
Adapun kekuatan unsur yang tergabung antara lain 30 KRI dari berbagai jenis, pesawat udara berupa 4 unit cassa KMA, 2 unit heli bell, dan 2 unit heli BO-105. Untuk personel marinir, terdiri dari satu brigrat (2.681 personel), 17 tankfib, 33 RRF/BTR 50P, 8 KAPA, 2 RM 70 GRAD, 6 HOW 105, 3 MER 57, dan 2 truk TATRA.
Gladi lapangan Armada Jaya XXXI ini terdiri dari penembakan senjata strategis TNI AL dilaksanakan di Laut Sulawesi pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2012. Serta pendaratan pasukan marinir di pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon pada tanggal 15 Oktober kemarin.
Saat penembakan rudal di Laut Sulawesi, terjadi peristiwa yang tidak terduga. Awalnya, target berupa LST akan dilumpuhkan dengan lima jenis rudal. Yaitu KRI OWA-354 ujicoba rudal Yakhon, KRI DPN 365 exocet MM 40 blok 2, KRI AHP 355 ujicoba rudal C 802, KRI 402 dan KRI AJK 653 ujicobaa TPO SUT, serta dari KRI FKO 368 Mistral-2.
"Namun ketika baru ditembak Yakhont saja, target sudah tenggelam. Awalnya ingin kita evaluasi dan dilihat hasilnya. Ternyata sekali ditembak habis. Kebetulan rudal yang lain sudah pernah dicoba. Hanya Yakhont yang belum pernah dicoba," kata KSAL, Laksamana TNI Soeparno.
Yang istimewa, rudal Yakhon itu ditembakkan dari jarak 185 kilometer dan langsung akurat menemui sasaran. "Memang 9 menit baru tenggelam. Namun ditembakkan dari jarak 185 kilometer. Anda bayangkan. Selama sejarah, baru ini yang menembak sejauh itu," katanya.
Dalam latihan ini dilakukan penembakan meriam maupun roket dengan skenario melindungi pasukan penyerang. "Dalam Armada Jaya XXXI ini, kita melaksanakan latihan secara lengkap. Mulai dari laut, pendaratan pantai, juga gerakan darat. Kita juga yakin senjata kita bisa digunakan dengan baik dan masih layak pakai," kata KSAL.
Serangan fajar dilaksanakan sejak subuh hingga sekitar pukul 07.00 Wita. Tembakan beruntun roket RM 70 GRAD menjadi pamungkas dari aksi tersebut. Lontaran berbunga api, dentuman yang keras, dan daya rusak yang kuat menjadi gambaran kualitas piranti tempur tersebut.
Pasca penembakan roket, pasukan infanteri masih terus melakukan perang darat, dan disimulasikan bergabung dengan TNI AD, untuk mengepung sarang musuh. Perang darat rencananya masih berlangsung hingga pukul 17.00 hari ini (16/10).
KSAL bangga dengan para prajurit yang dinilainya menjalankan misi latihan dengan baik. Ia pun berharap jajarannya bisa meningkatkan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini penting sebagai modal untuk dipadukan dengan piranti alutsista yang semakin canggih.
Rombongan KSAL meninggalkan lokasi sekitar pukul 08.30 Wita menuju bandara Tanjung Bara dengan helikopter. Setelah itu langsung menuju Balikpapan untuk seterusnya menuju Jakarta.
Sumber: Tribunnews
17 Oktober 2012, : Desa Sekerat membara. Pertempuran sengit kala fajar menyingsing membumihanguskan kawasan pegunungan kapur di sisi utara dari arah pantai. Serangan kilat artileri dan ribuan pasukan marinir melumpuhkan pertahanan musuh di gunung itu.
Ratusan peluru yang terlontar dari meriam Canon 100 mm dan 30 mm di belasan tank amfibi menimbulkan suasana mencekam. Asap dan ledakan di mana-mana. Aroma tajam mesiu menyeruak di sepanjang garis pantai, mengiringi pendaratan ribuan marinir siap tempur dari kapal-kapal kokoh di pesisir.
Eksotisme pantai Sekerat saat matahari terbit seolah tertutupi dengan kecamuk pertempuran. Deburan dan pecahan ombak seolah tak terdengar dikalahkan dentuman keras berbagai piranti tempur.
Situasi kian mencekam ketika roket RM 70 GRAD dimuntahkan secara bertubi-tubi. Lidah api yang panjang mengiringi hujan roket yang menembus sisi-sisi gunung dan menerjang pusat pertahanan musuh.
Suasana ini merupakan pelaksanaan rangkaian latihan puncak TNI Angkatan Laut (AL) bersandi Armada Jaya XXXI tahun 2012 yang digelar di Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Senin (15/10). Latihan ini melibatkan semua unsur kesenjataan dan kekuatan TNI AL. Mulai dari kapal perang (KRI) dari berbagai jenis yang melakukan penyekatan dan pertempuran laut. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, menyaksikan langsung latihan tersebut.
Pertempuran juga didukung kapal Landing Platform Dock (LPD) dan Landing Ship Tank (LST) yang memuat ratusan prajurit marinir lengkap dengan seluruh kesenjataan infanteri, artileri dengan HOW 105 dan roket RM 70 GRAD, kavaleri dengan tank terbaru BMP 3F dari Rusia, serta LVT-7 dari Korea Selatan disamping tank lama.
Adapun kekuatan unsur yang tergabung antara lain 30 KRI dari berbagai jenis, pesawat udara berupa 4 unit cassa KMA, 2 unit heli bell, dan 2 unit heli BO-105. Untuk personel marinir, terdiri dari satu brigrat (2.681 personel), 17 tankfib, 33 RRF/BTR 50P, 8 KAPA, 2 RM 70 GRAD, 6 HOW 105, 3 MER 57, dan 2 truk TATRA.
Gladi lapangan Armada Jaya XXXI ini terdiri dari penembakan senjata strategis TNI AL dilaksanakan di Laut Sulawesi pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2012. Serta pendaratan pasukan marinir di pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon pada tanggal 15 Oktober kemarin.
Saat penembakan rudal di Laut Sulawesi, terjadi peristiwa yang tidak terduga. Awalnya, target berupa LST akan dilumpuhkan dengan lima jenis rudal. Yaitu KRI OWA-354 ujicoba rudal Yakhon, KRI DPN 365 exocet MM 40 blok 2, KRI AHP 355 ujicoba rudal C 802, KRI 402 dan KRI AJK 653 ujicobaa TPO SUT, serta dari KRI FKO 368 Mistral-2.
"Namun ketika baru ditembak Yakhont saja, target sudah tenggelam. Awalnya ingin kita evaluasi dan dilihat hasilnya. Ternyata sekali ditembak habis. Kebetulan rudal yang lain sudah pernah dicoba. Hanya Yakhont yang belum pernah dicoba," kata KSAL, Laksamana TNI Soeparno.
Yang istimewa, rudal Yakhon itu ditembakkan dari jarak 185 kilometer dan langsung akurat menemui sasaran. "Memang 9 menit baru tenggelam. Namun ditembakkan dari jarak 185 kilometer. Anda bayangkan. Selama sejarah, baru ini yang menembak sejauh itu," katanya.
Dalam latihan ini dilakukan penembakan meriam maupun roket dengan skenario melindungi pasukan penyerang. "Dalam Armada Jaya XXXI ini, kita melaksanakan latihan secara lengkap. Mulai dari laut, pendaratan pantai, juga gerakan darat. Kita juga yakin senjata kita bisa digunakan dengan baik dan masih layak pakai," kata KSAL.
Serangan fajar dilaksanakan sejak subuh hingga sekitar pukul 07.00 Wita. Tembakan beruntun roket RM 70 GRAD menjadi pamungkas dari aksi tersebut. Lontaran berbunga api, dentuman yang keras, dan daya rusak yang kuat menjadi gambaran kualitas piranti tempur tersebut.
Pasca penembakan roket, pasukan infanteri masih terus melakukan perang darat, dan disimulasikan bergabung dengan TNI AD, untuk mengepung sarang musuh. Perang darat rencananya masih berlangsung hingga pukul 17.00 hari ini (16/10).
KSAL bangga dengan para prajurit yang dinilainya menjalankan misi latihan dengan baik. Ia pun berharap jajarannya bisa meningkatkan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini penting sebagai modal untuk dipadukan dengan piranti alutsista yang semakin canggih.
Rombongan KSAL meninggalkan lokasi sekitar pukul 08.30 Wita menuju bandara Tanjung Bara dengan helikopter. Setelah itu langsung menuju Balikpapan untuk seterusnya menuju Jakarta.
Sumber: Tribunnews
Hawk 200 Skuadron 12 Tinggal 16 Unit
Sejumlah anggota Paskhas TNI AU melakukan proses evakuasi bangkai pesawat Hawk 200, di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau, Rabu, (17/10). FOTO ANTARA/Fachrozi Amri/ed/ama/12)
18 Oktober 2012, Pekanbaru: Pesawat tempur Hawk TNI AU yang menjadikan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, sebagai apron tinggal 16 unit, setelah satu pesawat sejenis mengalami kecelakaan saat melakukan latihan penerbangan.
"Atas insiden ini, pesawat sejenis (Hawk) di Lanud Pekanbaru tinggal 16 unit. Kondisinya baik," kata Panglima Koordinator Operasi (Pangko Ops) I Marsekal Muda Bagus Puruhito yang meninjau langsung proses evakuasi pesawat Hawk, Rabu sore.
Selain tinggal 16 unit di Lanud Pekanbaru, demikian Bagus, pesawat sejenis juga ada 16 unit lagi yang ditempatkan di lokasi lainnya.
"Jadi secara keseluruhan, ada sekitar 32 unit pesawat Hawk," katanya.
Bagus mengakui sangat menyesalkan insiden jatuhnya satu unit pesawat Hawk 200 di Pekanbaru.
Pesawat naas tersebut dikendalikan oleh pilot bernama Letda Reza Prasetyo yang berhasil selamat dari insiden maut.
Insiden jatuhnya pesawat buatan Inggris itu terjadi di sekitaran pemukiman warga RT 03, RW 03, Kecamatan Pasir Putih, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10) sekitar pukul 09.47 WIB.
Sebagian besar puing bangkai pesawat Hawk 200 itu juga telah dievakuasi oleh tim dari Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja (Dislambangja).
Sumber: ANTARA News
18 Oktober 2012, Pekanbaru: Pesawat tempur Hawk TNI AU yang menjadikan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, sebagai apron tinggal 16 unit, setelah satu pesawat sejenis mengalami kecelakaan saat melakukan latihan penerbangan.
"Atas insiden ini, pesawat sejenis (Hawk) di Lanud Pekanbaru tinggal 16 unit. Kondisinya baik," kata Panglima Koordinator Operasi (Pangko Ops) I Marsekal Muda Bagus Puruhito yang meninjau langsung proses evakuasi pesawat Hawk, Rabu sore.
Selain tinggal 16 unit di Lanud Pekanbaru, demikian Bagus, pesawat sejenis juga ada 16 unit lagi yang ditempatkan di lokasi lainnya.
"Jadi secara keseluruhan, ada sekitar 32 unit pesawat Hawk," katanya.
Bagus mengakui sangat menyesalkan insiden jatuhnya satu unit pesawat Hawk 200 di Pekanbaru.
Pesawat naas tersebut dikendalikan oleh pilot bernama Letda Reza Prasetyo yang berhasil selamat dari insiden maut.
Insiden jatuhnya pesawat buatan Inggris itu terjadi di sekitaran pemukiman warga RT 03, RW 03, Kecamatan Pasir Putih, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10) sekitar pukul 09.47 WIB.
Sebagian besar puing bangkai pesawat Hawk 200 itu juga telah dievakuasi oleh tim dari Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja (Dislambangja).
Sumber: ANTARA News
Kopassus Akan Diperkuat Satuan Anjing
Anjing-anjing anggota Tim Petir Satgas Yonif 713/ST, bertugas menjaga perbatasan Indonesia-PNG. (Foto: Korem 172)
17 Oktober 2012, Jakarta: TNI Angkatan Darat (AD) berencana membeli sebanyak 17 ekor anjing untuk menunjang kinerja mereka. Sedianya anjing yang akan dibeli TNI AD bakal digunakan untuk melengkapi kerja satuan khusus TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Meskipun demikian, TNI AD tak mau keinginan mereka mengganggu pos anggaran yang mereka miliki. "Kalau misal ada anggaran kami menyesuaikan," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Pramono Edhie Baskoro, Rabu (17/10), di kompleks MPR/DPR, Senayan Jakarta.
Pramono mengungkapkan, anggaran yang disediakan untuk satu ekor anjing sebesar 600 dolar AS (sekitar Rp 5,7 juta), Artinya jika TNI AD berencana membeli 17 ekor anjing maka anggaran yang dibutuhkan adalah 10.200 dolar AS (sekitar Rp 98 juta).
Menurut Pramono harga, 600 dolar AS per ekor anjing tersebut tidak termasuk ongkos perawatan. Urusan perawatan, kata dia, akan diserahkan pada Kopassus. "Lebih baik kita berikan pada Kopassus yang memelihara dan Paspampres yang melaksanakan," ujarnya.
Saat ini satuan anjing yang dimiliki Kopassus berfungsi sebagai pelacak jejak sekaligus penyerang bila terjadi kejahatan.
Selain berencana membeli anjing pelacak, TNI AD juga berniat membeli sejumlah Helikopter Apache. Namun lantaran harganya mahal, TNI AD akan mengutamakan peruntukan anggaran pada keperluan yang lebih penting dan mendesak.
Sumber: Republika
17 Oktober 2012, Jakarta: TNI Angkatan Darat (AD) berencana membeli sebanyak 17 ekor anjing untuk menunjang kinerja mereka. Sedianya anjing yang akan dibeli TNI AD bakal digunakan untuk melengkapi kerja satuan khusus TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Meskipun demikian, TNI AD tak mau keinginan mereka mengganggu pos anggaran yang mereka miliki. "Kalau misal ada anggaran kami menyesuaikan," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Pramono Edhie Baskoro, Rabu (17/10), di kompleks MPR/DPR, Senayan Jakarta.
Pramono mengungkapkan, anggaran yang disediakan untuk satu ekor anjing sebesar 600 dolar AS (sekitar Rp 5,7 juta), Artinya jika TNI AD berencana membeli 17 ekor anjing maka anggaran yang dibutuhkan adalah 10.200 dolar AS (sekitar Rp 98 juta).
Menurut Pramono harga, 600 dolar AS per ekor anjing tersebut tidak termasuk ongkos perawatan. Urusan perawatan, kata dia, akan diserahkan pada Kopassus. "Lebih baik kita berikan pada Kopassus yang memelihara dan Paspampres yang melaksanakan," ujarnya.
Saat ini satuan anjing yang dimiliki Kopassus berfungsi sebagai pelacak jejak sekaligus penyerang bila terjadi kejahatan.
Selain berencana membeli anjing pelacak, TNI AD juga berniat membeli sejumlah Helikopter Apache. Namun lantaran harganya mahal, TNI AD akan mengutamakan peruntukan anggaran pada keperluan yang lebih penting dan mendesak.
Sumber: Republika
Mendesak Modernisasi Alutsista
Sejumlah anggota Paskhas TNI AU melakukan proses evakuasi bangkai pesawat Hawk 200 diangkat ke mobil container, di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau, Rabu, (17/10). Bangkai pesawat milik TNI AU yang jatuh Selasa (16/10) tersebut berhasil di evakusi dari lokasi kejadian dan akan di bawa ke Lanud Pekanbaru. (Foto: ANTARA/Fachrozi Amri/ed/ama/12)
17 Oktober 2012, Jakarta: Jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara merupakan pukulan berat bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang beberapa tahun belakangan alutsistanya kerap mengalami kecelakaan.
"Pesawat Hawk memang sudah usia lanjut. Kejadian ini lagi-lagi memberi sinyal mendesaknya modernisasi alutsista TNI," kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq di Jakarta, Rabu (17/10).
Menurut Mahfudz, kini terdapat sekitar Rp 30 triliun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk memodernisasi alutsista TNI. Pemerintah harus segera merealisasikan alokasi anggaran tersebut.
"Sejak reformasi 1998 nyaris tak ada pengadaan alutsista baru hingga akhir tahun 2010. Ketiga matra TNI sudah sangat memprihatinkan kondisi alutsistanya," ujarnya.
Seperti diketahui, pesawat Hawk 200 TNI Angkatan Udara jatuh di Pekanbaru, Selasa (16/10). Pilot pesawat itu, Letda Yori Prasetyo, selamat. Tidak ada korban dari pihak sipil.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengaku belum mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. Ia mengingatkan kepada para penerbang TNI AU agar tetap bersikap profesional. "Risiko kecelakaan selalu ada, tapi perwira penerbang harus tetap latihan," katanya.
Pesawat TNI AU yang Jatuh Belum Berusia Tua
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan, pesawat Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara bukanlah pesawat berusia tua.
Pernyataan ini berbeda dengan pandangan koleganya di Komisi I, Mahfudz Siddiq, yang menyebut Hawk 200 sebagai pesawat berusia lanjut sehingga perlu dimodernisasi.
Hasanuddin menjelaskan, pesawat Hawk 200 masuk ke jajaran TNI AU pada akhir dekade 1990-an. TNI AU punya dua skuadron Hawk yang ditempatkan di Pekanbaru dan Pontianak. Sistem pemeliharaan di kedua pangkalan tersebut cukup bagus. Setiap tahun TNI AU belanja suku cadang dan melakukan pemeliharaan rutin.
Setiap pesawat militer punya risiko celaka. Namun, kata dia, " Kalau dilihat dari prosentasenya, kecelakaan pesawat TNI AU relatih lebih kecil ketimbang pesawat militer AS. Cuma, kita memang harus lebih memperhatikan perawatannya."
Berdasarkan fakta itu, politisi PDIP ini enggan menyimpulkan sejak dini penyebab kecelakaan pesawat Hawk 2000 di Pekanbaru, Selasa (16/10). Ia berharap semua pihak menunggu hasil investigasi yang kini ditangani pimpinan TNI AU.
"Bila hasil investigasinya sudah beres, Komisi I akan meminta penjelasan dari Kepala Staf TNI AU tentang kasus ini," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
17 Oktober 2012, Jakarta: Jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara merupakan pukulan berat bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang beberapa tahun belakangan alutsistanya kerap mengalami kecelakaan.
"Pesawat Hawk memang sudah usia lanjut. Kejadian ini lagi-lagi memberi sinyal mendesaknya modernisasi alutsista TNI," kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq di Jakarta, Rabu (17/10).
Menurut Mahfudz, kini terdapat sekitar Rp 30 triliun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk memodernisasi alutsista TNI. Pemerintah harus segera merealisasikan alokasi anggaran tersebut.
"Sejak reformasi 1998 nyaris tak ada pengadaan alutsista baru hingga akhir tahun 2010. Ketiga matra TNI sudah sangat memprihatinkan kondisi alutsistanya," ujarnya.
Seperti diketahui, pesawat Hawk 200 TNI Angkatan Udara jatuh di Pekanbaru, Selasa (16/10). Pilot pesawat itu, Letda Yori Prasetyo, selamat. Tidak ada korban dari pihak sipil.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengaku belum mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. Ia mengingatkan kepada para penerbang TNI AU agar tetap bersikap profesional. "Risiko kecelakaan selalu ada, tapi perwira penerbang harus tetap latihan," katanya.
Pesawat TNI AU yang Jatuh Belum Berusia Tua
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan, pesawat Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara bukanlah pesawat berusia tua.
Pernyataan ini berbeda dengan pandangan koleganya di Komisi I, Mahfudz Siddiq, yang menyebut Hawk 200 sebagai pesawat berusia lanjut sehingga perlu dimodernisasi.
Hasanuddin menjelaskan, pesawat Hawk 200 masuk ke jajaran TNI AU pada akhir dekade 1990-an. TNI AU punya dua skuadron Hawk yang ditempatkan di Pekanbaru dan Pontianak. Sistem pemeliharaan di kedua pangkalan tersebut cukup bagus. Setiap tahun TNI AU belanja suku cadang dan melakukan pemeliharaan rutin.
Setiap pesawat militer punya risiko celaka. Namun, kata dia, " Kalau dilihat dari prosentasenya, kecelakaan pesawat TNI AU relatih lebih kecil ketimbang pesawat militer AS. Cuma, kita memang harus lebih memperhatikan perawatannya."
Berdasarkan fakta itu, politisi PDIP ini enggan menyimpulkan sejak dini penyebab kecelakaan pesawat Hawk 2000 di Pekanbaru, Selasa (16/10). Ia berharap semua pihak menunggu hasil investigasi yang kini ditangani pimpinan TNI AU.
"Bila hasil investigasinya sudah beres, Komisi I akan meminta penjelasan dari Kepala Staf TNI AU tentang kasus ini," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
Panglima TNI Tutup Latihan Gultor di Pulau Sangiang
Beberapa prajurit seusai mengikuti pelatihan peyegrapan markas teroris di Pulai Sangiang, Anyer, Banten (17/10). Latihan gabung pasukan (Latgap) antiteror ini melibatkan 350 perajurit dari tiga kesatuan (Gultor TNI-AD, Denjaka TNI-AL, dan Denbravo TNI-AU). (Foto: TEMPO/Dian Triyuli Handoko)
17 Oktober 2012, Jakarta: Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono secara resmi menutup latihan Penanggulangan Teror (Gultor) ke-7 tahun 2012 di Pulau Sangiang, Provinsi Banten, Rabu (17/10).
Pelaksanaan latihan Gultor TNI telah dilaksanakan di tiga tempat berbeda, yaitu Gladi Posko di Cijantung, Latihan Pendahuluan di Pulau Dayung dan Latihan Penyergapan Sasaran di Pulau Sangiang Banten, serta kembali ke daerah penyelaman di Grup I Kopassus, Serang Banten.
Latihan Gultor TNI berlangsung dari 11 sampai 17 Oktober 2012 dengan melibatkan 131 personel TNI, terdiri dari Den Gultor Kopassus 61 orang, Den Jaka Marinir 35 orang, dan Den Bravo Paskhas 35 orang serta para pendukung sebanyak 249 orang.
Panglima TNI mengatakan keberhasilan penyelenggaraan Latihan Satuan Gultor TNI, tidak terlepas dari keseriusan para parajurit, yang dilandasi oleh semangat, disiplin, kesungguhan dan motivasi berlatih untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, serta profesionalisme sesuai dengan tuntutan tugas.
"Hal ini harus terus dipelihara bahkan ditingkatkan, mengingat aksi terorisme telah menjadi keprihatinan bagi masyarakat di Indonesia maupun masyarakat di dunia Internasional sehingga dikategorikan sebagai salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity)," katanya.
Menurutnya terorisme terus menjadi ancaman serius bukan hanya terhadap perdamaian dan keamanan Internasional, namun juga berdampak kepada perkembangan sosial dan ekonomi dalam negeri maupun negara lain di berbagai kawasan. Oleh karena itu Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama Internasional dalam rangka pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme, baik dalam kerangka multilateral PBB maupun regional, serta bilateral, khususnya dalam bentuk peningkatan kapasitas, penegakan hukum, perbaikan legislasi ataupun kerangka hukum, pertukaran informasi dan berbagi pengalaman, pengiriman pakar, pemberian advis kepakaran, kerjasama teknis lainnya, serta publikasi strategi Indonesia dalam penanggulangan terorisme di seluruh kawasan dunia.
Di samping itu, pemerintah juga melakukan langkah pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme melalui pendekatan “soft power” dan upaya pembinaan deradikalisasi, termasuk melalui upaya kerjasama dalam mengatasi permasalahan mendasar terhadap penyebab terjadinya aksi terorisme (underlying causes of terrorisme).
Pada kesempatan tersebut, Laksamana TNI Agus Suhartono juga memberikan penekanan kepada peserta latihan yaitu cermati perkembangan dan fenomena aksi terorisme dengan segala modus operandi yang digunakan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta kemungkinan keterkaitan diantaranya.
Selain itu, evaluasi segala hambatan dan kendala selama latihan, baik yang terkait dengan personel, alat-peralatan maupun piranti lunak yang ada. Adakan terobosan yang inovatif dan kreatif dalam pemenuhan kebutuhan operasional dihadapkan kepada keterbatasan anggaran. Selanjutnya susun organisasi dan standardisasi alkapsus Satuan Gultor TNI guna optimalisasi dan efektivitas komunikasi, komando dan pengendalian. dan bulatkan misi dan samakan persepsi antar sesama Satgultor TNI dalam menghadapi aksi terorisme di darat, laut dan udara di wilayah yurisdiksi nasional.
"Bangun sinergirtas dan soliditas Trimatra terpadu yang lebih efektif dan efisien, pelihara komunikasi yang harmonis serta hindari ego sektoral yang dapat menghambat pelaksanaan tugas pokok," pinta Panglima TNI.
Sumber: Info Publik
17 Oktober 2012, Jakarta: Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono secara resmi menutup latihan Penanggulangan Teror (Gultor) ke-7 tahun 2012 di Pulau Sangiang, Provinsi Banten, Rabu (17/10).
Pelaksanaan latihan Gultor TNI telah dilaksanakan di tiga tempat berbeda, yaitu Gladi Posko di Cijantung, Latihan Pendahuluan di Pulau Dayung dan Latihan Penyergapan Sasaran di Pulau Sangiang Banten, serta kembali ke daerah penyelaman di Grup I Kopassus, Serang Banten.
Latihan Gultor TNI berlangsung dari 11 sampai 17 Oktober 2012 dengan melibatkan 131 personel TNI, terdiri dari Den Gultor Kopassus 61 orang, Den Jaka Marinir 35 orang, dan Den Bravo Paskhas 35 orang serta para pendukung sebanyak 249 orang.
Panglima TNI mengatakan keberhasilan penyelenggaraan Latihan Satuan Gultor TNI, tidak terlepas dari keseriusan para parajurit, yang dilandasi oleh semangat, disiplin, kesungguhan dan motivasi berlatih untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, serta profesionalisme sesuai dengan tuntutan tugas.
"Hal ini harus terus dipelihara bahkan ditingkatkan, mengingat aksi terorisme telah menjadi keprihatinan bagi masyarakat di Indonesia maupun masyarakat di dunia Internasional sehingga dikategorikan sebagai salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity)," katanya.
Menurutnya terorisme terus menjadi ancaman serius bukan hanya terhadap perdamaian dan keamanan Internasional, namun juga berdampak kepada perkembangan sosial dan ekonomi dalam negeri maupun negara lain di berbagai kawasan. Oleh karena itu Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama Internasional dalam rangka pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme, baik dalam kerangka multilateral PBB maupun regional, serta bilateral, khususnya dalam bentuk peningkatan kapasitas, penegakan hukum, perbaikan legislasi ataupun kerangka hukum, pertukaran informasi dan berbagi pengalaman, pengiriman pakar, pemberian advis kepakaran, kerjasama teknis lainnya, serta publikasi strategi Indonesia dalam penanggulangan terorisme di seluruh kawasan dunia.
Di samping itu, pemerintah juga melakukan langkah pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme melalui pendekatan “soft power” dan upaya pembinaan deradikalisasi, termasuk melalui upaya kerjasama dalam mengatasi permasalahan mendasar terhadap penyebab terjadinya aksi terorisme (underlying causes of terrorisme).
Pada kesempatan tersebut, Laksamana TNI Agus Suhartono juga memberikan penekanan kepada peserta latihan yaitu cermati perkembangan dan fenomena aksi terorisme dengan segala modus operandi yang digunakan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta kemungkinan keterkaitan diantaranya.
Selain itu, evaluasi segala hambatan dan kendala selama latihan, baik yang terkait dengan personel, alat-peralatan maupun piranti lunak yang ada. Adakan terobosan yang inovatif dan kreatif dalam pemenuhan kebutuhan operasional dihadapkan kepada keterbatasan anggaran. Selanjutnya susun organisasi dan standardisasi alkapsus Satuan Gultor TNI guna optimalisasi dan efektivitas komunikasi, komando dan pengendalian. dan bulatkan misi dan samakan persepsi antar sesama Satgultor TNI dalam menghadapi aksi terorisme di darat, laut dan udara di wilayah yurisdiksi nasional.
"Bangun sinergirtas dan soliditas Trimatra terpadu yang lebih efektif dan efisien, pelihara komunikasi yang harmonis serta hindari ego sektoral yang dapat menghambat pelaksanaan tugas pokok," pinta Panglima TNI.
Sumber: Info Publik
Tuesday, October 16, 2012
PT. PINDAD Genjot Produksi Panser Anoa
16 Oktober 2012, Bandung: Pekerja menyelesaikan tahap akhir produksi Panser Anoa 6x6 di Gedung 100 PT. Pindad, Bandung, Jabar, Selasa (16/10). PT. Pindad memproduksi 61 Panser seharga Rp. 8,5 milyar/unit untuk TNI dan 226 ribu unit Senjata SS1/SS2, produk komersil, produk Hankam, manufaktur, amunisi dan Kendaraan Tempur. (Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra/ed/nz/12)
Suasana area assembling Panser Anoa produksi PT Pindad di kawasan Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). PT. Pindad menggenjot produksi Panser Anoa untuk memenuhi permintaan negara-negara tetangga seperti Filipina, Timor Leste, Korea Selatan, serta Malaysia, yang belum lama ini membeli 32 panser Anoa bermesin Benz. (Foto: MI/SUSANTO/am)
Teknisi merakit panser Anoa 6×6 pesanan TNI Angkatan Darat di Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). PT Pindad dalam waktu dekat siap memproduksi tank tempur medium dengan bobot 20 ton. Ditargetkan pada 2014 prototipe tank tempur yang merupakan produk baru PT Pindad ini akan rampung. (Foto: Bisnis Jabar)
Panser Anoa 6×6 pesenan TNI Angkatan Darat tengah menjalani serangkaian pengujian di Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). Panser Anoa menjadi produksi PT Pindad yang paling laris terjual. Meski, secara penjualan sedikit, tapi hingga 2008 omzet Anoa mencapai Rp1,13 triliun. Saat ini, PT Pindad tengah menyelesaikan sekitar 61 panser Anoa 6X6 pesanan TNI Angkatan Darat. (Foto: Bisnis Jabar)
Sumber: Bisnis Jabar/ANTARA News/MI
Suasana area assembling Panser Anoa produksi PT Pindad di kawasan Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). PT. Pindad menggenjot produksi Panser Anoa untuk memenuhi permintaan negara-negara tetangga seperti Filipina, Timor Leste, Korea Selatan, serta Malaysia, yang belum lama ini membeli 32 panser Anoa bermesin Benz. (Foto: MI/SUSANTO/am)
Teknisi merakit panser Anoa 6×6 pesanan TNI Angkatan Darat di Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). PT Pindad dalam waktu dekat siap memproduksi tank tempur medium dengan bobot 20 ton. Ditargetkan pada 2014 prototipe tank tempur yang merupakan produk baru PT Pindad ini akan rampung. (Foto: Bisnis Jabar)
Panser Anoa 6×6 pesenan TNI Angkatan Darat tengah menjalani serangkaian pengujian di Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/10). Panser Anoa menjadi produksi PT Pindad yang paling laris terjual. Meski, secara penjualan sedikit, tapi hingga 2008 omzet Anoa mencapai Rp1,13 triliun. Saat ini, PT Pindad tengah menyelesaikan sekitar 61 panser Anoa 6X6 pesanan TNI Angkatan Darat. (Foto: Bisnis Jabar)
Sumber: Bisnis Jabar/ANTARA News/MI
Operasi Amfibi Rebut Kembali Wilayah Sangatta
(Foto: Dispenarmatim)
16 Oktober 2012, Sangatta: Operasi Amfibi, “berhasil merebut daerah Sangatta dari tangan musuh,” demikian sekenario dalam latihan dengan sandi Armada Jaya (AJ) XXXI/2012. Peralatan tempur TNI AL berupa kapal-kapal perang dan Tank Amfibi berbagai jenis dan pasukan Marinir, dikerahkan untuk merebut Sangatta dari pasukan lawan. Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir menyerbu daerah tumpuan pantai dan obbyek-obyek vital nasional yang berada di wilayah Sagatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin ( 15/10).
Serbuan amfibi diawali dengan Taklimat yang disampaiakan oleh Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib), Laksamana Muda TNI Sadiman, pada pukul 04.10 WITA. Penyampaian taklimat disiarkan langsung dari KRI Banjarmasin-590, yang diakses oleh radio komunikasi unsur-unsur Subkogasgabfib. Dalam taklimatnya Pangkogasgabfib memerintahkan agar mendaratkan pasukan pendarat dan merebut kembali Sangatta kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Pertempuran akan dimulai, pasukan Marinir dengan peralatan tempurnya keluar dari beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Landing Ship Tank (LST) dan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD), yang sedang dalam posisi lego jangkar tidak jauh dari Pantai Sangatta. Sebelum pasukan Marinir didaratkan, beberapa personel Komando Pasukan Katak (Kopaska), terlebih dahulu menyusup didaerah pantai untuk memberikan data dan informasi tentang daerah sasaran.
Suasana Pantai Sangatta dinihari yang gelap dan hening, pecah ketika tim Kopaska melakukan demolisi (peledakan) sabotase terhadap garis pertahan musuh yang ada dipantai. Tindakan sabotase ini untuk membuka jalur bagi pasukan pendarat Marinir. Suara ledakan disusul Tembakan Bantuan Kapal (BTK) dari meriam-meriam kapal perang yang tergabung dalam Kogasgabla. Dentuman meriam bertubi-tubi menghajar daerah pertahan lawan.
Pada saat bersamaan Tank-Tank Amfibi, dan Kendaraan Pendarat Amfibi (Ranratfib) yang mengangkut pasukan Marinir meluncur ke garis pantai. Pasukan Marinir yang berhasil melakukan pendaratan, mengejar sisa-sisa pasukan musuh yang terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil. Sedangkan beberapa senjata berat berhasil didaratkan menggunakan Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa). Meriam Howitzer memberikan tembakan penghancuran.
Pasukan Marinir terus mengejar sisa-sisa pasukan musuh. Dalam pengejaran itu bahkan salah satu Tank Amfibi terkena ranjau yang dipasang musuh. Beberapa pasukan Marinir terluka dan dievakuasi. Hal ini tidak menyurutkan mental pasukan yang lain untuk terus bertempur dan dan menghancurkan musuh yang menguasai obyek-obyek vital nasional. Pertempuran berlangsung selama kurang lebih tujuh jam mulai pukul 09.00 WITA hingga pukul 16.WITA. Selasa (16/10), daerah tumpuan pantai, Dermaga, Stasiun pemancar radio dan TV serta bandara berhasil direbut. Keberhasilan pasukan pendarat menguasai obyek-obyek vital, dan pedaratan administerasi, merupakan akhir dari tahap Manuver Lapangan (Manlap) gladi tempur Armada Jaya XXXI/2012.
Tahapan Manlap Armada Jaya XXXI/2012, dimulai sejak tanggal tanggal 10-23 Oktober 2012, dengan daerah latihan melalui Alur Pelayaran Barat Surabaya, Laut Sulawesi, Selat Makassar dan Sangatta. Sedangkan Latihan AJ/12, diawali dengan Latihan Posko di Mako Seskoal, Jakarta, sejak awal September tahun 2012. Latihan ini melibatkan 21 KRI dari jajaran Koarmatim. Usai perebutan sasaran, Kapal-kapal perang tersebut melaksanakan persiapan untuk kembali ke pangkalan Surabaya.
Sumber: Dispenarmatim
16 Oktober 2012, Sangatta: Operasi Amfibi, “berhasil merebut daerah Sangatta dari tangan musuh,” demikian sekenario dalam latihan dengan sandi Armada Jaya (AJ) XXXI/2012. Peralatan tempur TNI AL berupa kapal-kapal perang dan Tank Amfibi berbagai jenis dan pasukan Marinir, dikerahkan untuk merebut Sangatta dari pasukan lawan. Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir menyerbu daerah tumpuan pantai dan obbyek-obyek vital nasional yang berada di wilayah Sagatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin ( 15/10).
Serbuan amfibi diawali dengan Taklimat yang disampaiakan oleh Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib), Laksamana Muda TNI Sadiman, pada pukul 04.10 WITA. Penyampaian taklimat disiarkan langsung dari KRI Banjarmasin-590, yang diakses oleh radio komunikasi unsur-unsur Subkogasgabfib. Dalam taklimatnya Pangkogasgabfib memerintahkan agar mendaratkan pasukan pendarat dan merebut kembali Sangatta kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Pertempuran akan dimulai, pasukan Marinir dengan peralatan tempurnya keluar dari beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Landing Ship Tank (LST) dan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD), yang sedang dalam posisi lego jangkar tidak jauh dari Pantai Sangatta. Sebelum pasukan Marinir didaratkan, beberapa personel Komando Pasukan Katak (Kopaska), terlebih dahulu menyusup didaerah pantai untuk memberikan data dan informasi tentang daerah sasaran.
Suasana Pantai Sangatta dinihari yang gelap dan hening, pecah ketika tim Kopaska melakukan demolisi (peledakan) sabotase terhadap garis pertahan musuh yang ada dipantai. Tindakan sabotase ini untuk membuka jalur bagi pasukan pendarat Marinir. Suara ledakan disusul Tembakan Bantuan Kapal (BTK) dari meriam-meriam kapal perang yang tergabung dalam Kogasgabla. Dentuman meriam bertubi-tubi menghajar daerah pertahan lawan.
Pada saat bersamaan Tank-Tank Amfibi, dan Kendaraan Pendarat Amfibi (Ranratfib) yang mengangkut pasukan Marinir meluncur ke garis pantai. Pasukan Marinir yang berhasil melakukan pendaratan, mengejar sisa-sisa pasukan musuh yang terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil. Sedangkan beberapa senjata berat berhasil didaratkan menggunakan Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa). Meriam Howitzer memberikan tembakan penghancuran.
Pasukan Marinir terus mengejar sisa-sisa pasukan musuh. Dalam pengejaran itu bahkan salah satu Tank Amfibi terkena ranjau yang dipasang musuh. Beberapa pasukan Marinir terluka dan dievakuasi. Hal ini tidak menyurutkan mental pasukan yang lain untuk terus bertempur dan dan menghancurkan musuh yang menguasai obyek-obyek vital nasional. Pertempuran berlangsung selama kurang lebih tujuh jam mulai pukul 09.00 WITA hingga pukul 16.WITA. Selasa (16/10), daerah tumpuan pantai, Dermaga, Stasiun pemancar radio dan TV serta bandara berhasil direbut. Keberhasilan pasukan pendarat menguasai obyek-obyek vital, dan pedaratan administerasi, merupakan akhir dari tahap Manuver Lapangan (Manlap) gladi tempur Armada Jaya XXXI/2012.
Tahapan Manlap Armada Jaya XXXI/2012, dimulai sejak tanggal tanggal 10-23 Oktober 2012, dengan daerah latihan melalui Alur Pelayaran Barat Surabaya, Laut Sulawesi, Selat Makassar dan Sangatta. Sedangkan Latihan AJ/12, diawali dengan Latihan Posko di Mako Seskoal, Jakarta, sejak awal September tahun 2012. Latihan ini melibatkan 21 KRI dari jajaran Koarmatim. Usai perebutan sasaran, Kapal-kapal perang tersebut melaksanakan persiapan untuk kembali ke pangkalan Surabaya.
Sumber: Dispenarmatim
TNI AU Grounded Hawk 200
Hawk 200. (Foto: Merdeka)
16 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, pesawat jenis Hawk 200 langsung grounded sementara waktu menyusul jatuhnya pesawat jenis tersebut pada Selasa (16/10/2012) di Riau.
"Jangan-jangan nanti kalau kita pakai ada sesuatu lagi, makanya kita harus tahu dulu," kata dia di Istana Negara Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Ia mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat kemungkinan bukan human error, mungkin masalah mesin.
Menurut dia, dari pengalaman kalau ada eject, atau ada sesuatu yang terjadi dengan pesawat maka pilotnya akan meninggalkan pesawat.
"Ada emergency (keadaan darurat)," ujar Sufaat.
Pesawat tempur milik TNI AU jenis Hawk 200, yang jatuh di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10/2012) sekitar pukul 09.30 WIB.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin mengatakan, pilot pesawat telah melaporkan kondisi di dalam pesawat sesaat sebelum dia keluar dengan menggunakan kursi lontar.
"Dugaan sementara mesinnya mengalami gangguan sehingga dia melaporkan bahwa ada kerusakan dan minta izin untuk keluar dari pesawat," kata Hartind di Jakarta, Selasa siang.
Penyebab pasti mengenai kecelakaan pesawat tempur buatan 1980 itu akan diselidiki lebih lanjut secara internal oleh TNI AU.
"Penyebab kecelakaan atau pesawat jatuh itu ada tiga faktor kemungkinan, yaitu gangguan mesin, manusia, atau cuaca. Dugaan sementara karena gangguan mesin," katanya.
Selasa pagi, sekira pukul 09.30 WIB, sebuah pesawat Hawk 200 jatuh di Jalan Amal, Pasir Putih, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Salah seorang saksi mata, yang merupakan warga sekitar, mengaku melihat sejumlah pesawat sedang melakukan latihan terbang yang salah satu di antaranya tampak mengeluarkan asap.
"Satu pesawat terlihat berasap dan tiba-tiba menukik, suaranya keras seperti petir," kata warga setempat.
Warga yang enggan disebut namanya itu mengatakan melihat sang pilot, Letda Reza Yori Prasetio, keluar dari pesawat dengan kursi pelontar dan jatuh ke sebuah kolam yang letaknya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Sang pilot selamat dan kemudian ditolong oleh warga setempat lalu dibawa ke rumah kepala desa. Sementara itu, ratusan anggota TNI AU langsung menuju ke lokasi kejadian melarang warga dan wartawan untuk mendekat. Beberapa warga dan wartawan yang coba mendekati lokasi untuk mengambil gambar bahkan sempat dipukul oknum tentara.
Hawk 200 yang Jatuh Dibeli dalam Keadaan Baru
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat menyatakan pesawat jenis Hawk 200 dibeli dalam keadaan baru. "Pesawatnya kami beli baru (waktu itu)," kata Imam di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2012.
Imam menjelaskan selama ini belum pernah ada pesawat jenis Hawk 200 yang jatuh. Salah satu pesawat jenis Hawk 200 jatuh sekitar pukul 11.45 tadi di Perumahan Pandau, Kecamatan Pasir Putih, Kabupaten Kampar, Riau. Pesawat yang dipiloti oleh Letnan Dua Reza Yori Prasetyo ini jatuh sekitar tiga kilometer dari Landasan Udara TNI di Pekanbaru, Riau. Tidak ada korban jiwa karena penerbang sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar.
Hawk 200, kata Imam, datang ke Indonesia sekitar 1994. Indonesia memiliki 32 unit pesawat yang dibagi di dua skuadron, yakni di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Pekanbaru, Riau.
Hawk 200 jenis pesawat tempur yang hanya memiliki satu kursi untuk pilot. Merupakan jenis pesawat tempur yang mampu terbang rendang serta diperuntukkan peperangan ringan di udara. Selain itu, Hawk 200 juga untuk penyerangan air to ground, dan anti rudal kapal laut.
Beberapa negara yang menggunakan seri pesawat tempur Hawk 200 adalah Royal Air Force Oman dengan seri Hawk 203, Hawk 205 untuk Angkatan Udara Kerajaan Saudi, Hawk 208 untuk Royal Air Force Malaysia, dan Hawk 209 untuk TNI AU.
Sumber: KOMPAS /TEMPO
16 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, pesawat jenis Hawk 200 langsung grounded sementara waktu menyusul jatuhnya pesawat jenis tersebut pada Selasa (16/10/2012) di Riau.
"Jangan-jangan nanti kalau kita pakai ada sesuatu lagi, makanya kita harus tahu dulu," kata dia di Istana Negara Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Ia mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat kemungkinan bukan human error, mungkin masalah mesin.
Menurut dia, dari pengalaman kalau ada eject, atau ada sesuatu yang terjadi dengan pesawat maka pilotnya akan meninggalkan pesawat.
"Ada emergency (keadaan darurat)," ujar Sufaat.
Pesawat tempur milik TNI AU jenis Hawk 200, yang jatuh di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10/2012) sekitar pukul 09.30 WIB.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin mengatakan, pilot pesawat telah melaporkan kondisi di dalam pesawat sesaat sebelum dia keluar dengan menggunakan kursi lontar.
"Dugaan sementara mesinnya mengalami gangguan sehingga dia melaporkan bahwa ada kerusakan dan minta izin untuk keluar dari pesawat," kata Hartind di Jakarta, Selasa siang.
Penyebab pasti mengenai kecelakaan pesawat tempur buatan 1980 itu akan diselidiki lebih lanjut secara internal oleh TNI AU.
"Penyebab kecelakaan atau pesawat jatuh itu ada tiga faktor kemungkinan, yaitu gangguan mesin, manusia, atau cuaca. Dugaan sementara karena gangguan mesin," katanya.
Selasa pagi, sekira pukul 09.30 WIB, sebuah pesawat Hawk 200 jatuh di Jalan Amal, Pasir Putih, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Salah seorang saksi mata, yang merupakan warga sekitar, mengaku melihat sejumlah pesawat sedang melakukan latihan terbang yang salah satu di antaranya tampak mengeluarkan asap.
"Satu pesawat terlihat berasap dan tiba-tiba menukik, suaranya keras seperti petir," kata warga setempat.
Warga yang enggan disebut namanya itu mengatakan melihat sang pilot, Letda Reza Yori Prasetio, keluar dari pesawat dengan kursi pelontar dan jatuh ke sebuah kolam yang letaknya tidak jauh dari lokasi kejadian.
Sang pilot selamat dan kemudian ditolong oleh warga setempat lalu dibawa ke rumah kepala desa. Sementara itu, ratusan anggota TNI AU langsung menuju ke lokasi kejadian melarang warga dan wartawan untuk mendekat. Beberapa warga dan wartawan yang coba mendekati lokasi untuk mengambil gambar bahkan sempat dipukul oknum tentara.
Hawk 200 yang Jatuh Dibeli dalam Keadaan Baru
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat menyatakan pesawat jenis Hawk 200 dibeli dalam keadaan baru. "Pesawatnya kami beli baru (waktu itu)," kata Imam di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2012.
Imam menjelaskan selama ini belum pernah ada pesawat jenis Hawk 200 yang jatuh. Salah satu pesawat jenis Hawk 200 jatuh sekitar pukul 11.45 tadi di Perumahan Pandau, Kecamatan Pasir Putih, Kabupaten Kampar, Riau. Pesawat yang dipiloti oleh Letnan Dua Reza Yori Prasetyo ini jatuh sekitar tiga kilometer dari Landasan Udara TNI di Pekanbaru, Riau. Tidak ada korban jiwa karena penerbang sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar.
Hawk 200, kata Imam, datang ke Indonesia sekitar 1994. Indonesia memiliki 32 unit pesawat yang dibagi di dua skuadron, yakni di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Pekanbaru, Riau.
Hawk 200 jenis pesawat tempur yang hanya memiliki satu kursi untuk pilot. Merupakan jenis pesawat tempur yang mampu terbang rendang serta diperuntukkan peperangan ringan di udara. Selain itu, Hawk 200 juga untuk penyerangan air to ground, dan anti rudal kapal laut.
Beberapa negara yang menggunakan seri pesawat tempur Hawk 200 adalah Royal Air Force Oman dengan seri Hawk 203, Hawk 205 untuk Angkatan Udara Kerajaan Saudi, Hawk 208 untuk Royal Air Force Malaysia, dan Hawk 209 untuk TNI AU.
Sumber: KOMPAS /TEMPO
PT Pindad Kembangkan Tank 20 Ton
Marder 1A3 milik Bundeswehr. TNI AD membeli ranpur Marder dan Leopard dari Jerman. (Foto: ©Bundeswehr/Mandt)
16 Oktober 2012, Jakarta: PT Pindad (Persero) tengah mengembangkan tank tempur medium dengan bobot sekitar 20 ton, yang ditargetkan "prototype"-nya sudah jadi pada 2014.
"Pembuatan tank tempur menjadi salah satu target pengembangan produksi ke depan. Ini merupakan produk baru bagi Pindad," kata Kepala Sekretariat Perusahaan PT Pindad Iwan Kusdiana saat menerima kunjungan pejabat Kemenko Polhukam dan sejumlah wartawan di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Menurut dia, pengembangan tank tempur medium tersebut dilakukan tanpa ada proses kerja sama maupun alih teknologi (ToT) dengan perusahaan tank dari luar negeri, namun pengembangan dilakukan PT Pindad sendiri.
Terkait dengan kebijakan pemerintah yang memborong tank medium Marder dari Jerman, kata dia, masih belum jelas mengenai alih teknologinya. Kendati demikian, Pindad juga tidak akan meniru tank ini.
Di tempat yang sama, Kepala Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad Hery Mochtady mengatakan tank yang sedang dikembangkan Pindad akan mengacu pada kebutuhan dan permintaan TNI.
"Kita tidak meniru. Kita desain sesuaikan 'requirement' kavaleri TNI," ujarnya.
Sejauh ini tahapan yang dilalui sampai pada pembuatan desain melibatkan kavaleri, namun tidak sampai mereka masuk lebih jauh ke dalam. "Target kita pada 2014 sudah jadi prototype. Setelah prototype jadi, kita mulai produksi," jelasnya.
Selama ini proses ToT kendaraan khusus hanya menyangkut Panser Cannon 90 mm yang dibeli pemerintah sebanyak 22 unit. Dari jumlah itu, 11 diantaranya dirakit oleh PT Pindad.
Mengenai tank Marder, Pindad belum mengetahui seperti apa mekanisme pengadaannya, termasuk keterlibatan Pindad untuk ToT. "Itu kan satu paket dengan Leopard. Kita belum tahu perjanjiannya seperti apa," ujar Hery.
Sumber: Republika
16 Oktober 2012, Jakarta: PT Pindad (Persero) tengah mengembangkan tank tempur medium dengan bobot sekitar 20 ton, yang ditargetkan "prototype"-nya sudah jadi pada 2014.
"Pembuatan tank tempur menjadi salah satu target pengembangan produksi ke depan. Ini merupakan produk baru bagi Pindad," kata Kepala Sekretariat Perusahaan PT Pindad Iwan Kusdiana saat menerima kunjungan pejabat Kemenko Polhukam dan sejumlah wartawan di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Menurut dia, pengembangan tank tempur medium tersebut dilakukan tanpa ada proses kerja sama maupun alih teknologi (ToT) dengan perusahaan tank dari luar negeri, namun pengembangan dilakukan PT Pindad sendiri.
Terkait dengan kebijakan pemerintah yang memborong tank medium Marder dari Jerman, kata dia, masih belum jelas mengenai alih teknologinya. Kendati demikian, Pindad juga tidak akan meniru tank ini.
Di tempat yang sama, Kepala Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad Hery Mochtady mengatakan tank yang sedang dikembangkan Pindad akan mengacu pada kebutuhan dan permintaan TNI.
"Kita tidak meniru. Kita desain sesuaikan 'requirement' kavaleri TNI," ujarnya.
Sejauh ini tahapan yang dilalui sampai pada pembuatan desain melibatkan kavaleri, namun tidak sampai mereka masuk lebih jauh ke dalam. "Target kita pada 2014 sudah jadi prototype. Setelah prototype jadi, kita mulai produksi," jelasnya.
Selama ini proses ToT kendaraan khusus hanya menyangkut Panser Cannon 90 mm yang dibeli pemerintah sebanyak 22 unit. Dari jumlah itu, 11 diantaranya dirakit oleh PT Pindad.
Mengenai tank Marder, Pindad belum mengetahui seperti apa mekanisme pengadaannya, termasuk keterlibatan Pindad untuk ToT. "Itu kan satu paket dengan Leopard. Kita belum tahu perjanjiannya seperti apa," ujar Hery.
Sumber: Republika
Kemhan Pesan 35 KCR Penuhi MEF
KRI Celurit-641. (Foto: PT. Palindo Marine)
16 Oktober 2012, Jakarta: Kapal cepat rudal (KCR) yang dipesan pemerintah dari industri galangan kapal PT Palindo Marine, Batam, segera diserahterimakan. Keberadaan kapal jenis tersebut penting untuk pengamanan wilayah laut.
Dari empat KCR yang dipesan, dua di antaranya telah diserahterimakan, yakni KRI Celurit- 641 dan KRI Kujang-642.Ini merupakan bagian dari program pengadaan KCR secarabesar-besaran TNI Angkatan Laut (AL). Managing Director PT Palindo Marine Harmanto mengungkapkan, KCR yang ketiga sekarang ini tinggal tahap finishing. ”Minggu lalu sudah di-launching dan akhir tahun ini mungkin bisa diserahterimakan,” katanya kepada SINDO kemarin.
Kapal ketiga itu sudah berada di galangan kapal dari pabrik tersebut dan menjalani penyempurnaan. ”Setelah penyempurnaan, akan dilakukan pengujian di laut,”sebut dia. Sembari menyelesaikan kapal ketiga, lanjut Harmanto, pihaknya juga sudah mulai tahapan pengerjaan kapal keempat. ”Kita membuat kapal lengkap,kecuali persenjataannya,” imbuh dia. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin menuturkan,pemerintah akan membeli total sekitar 35 KCR untuk memenuhi kebutuhan sesuai program pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF).
”Sejauh ini baru empat yang kita pesan,”ujarnya. Indonesia butuh kapal-kapal jenis ini untuk pengamanan wilayah laut, terutama di kawasan barat.”Perairan wilayah barat sangat cocok untuk kapalkapal kecil seperti ini (panjang di bawah 100 meter) karena perairannya dangkal. Kalau di timur, kita butuh kapal-kapal besar yang panjangnya di atas 100 meter,”terang dia. Untuk kapal berukuran di atas 100 meter, kata dia,Kemhan memesan ke PT PAL Surabaya.
”Kita juga punya program korvet nasional,” sebut Hartind yang juga staf ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan itu. Komandan Satgas KCR-40 dan PC-43 TNI AL Kolonel Nurwahyudi menambahkan, butuh waktu sekitar 12 bulan untuk merampungkan satu unit KCR terhitung sejak penandatanganan kontrak.”Nanti sebelum diserahterimakan ada uji kelaikan laut dulu oleh TNI AL,”sebut dia.
Kapal ini,kata Nurwahyudi, memiliki spesifikasi yang relatif sama dengan dua kapal sebelumnya, KRI Celurit-641 dan KRI Kujang-642. Untuk diketahui, kapal yang didesain sebagai kapal patroli tersebut memiliki spesifikasi panjang sekitar 44 meter, lebar 7,4 meter, berbobot 250 ton,dan mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 30 knot. Kapal dipersenjatai rudal C-705, meriam kaliber 30 mm enam laras, serta meriam anjungan dua unit kaliber 20 mm.
KSAL Laksamana TNI Soeparno sebelumnya menuturkan, program penambahan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL 2012 adalah pengadaan kapal selam dan kapal permukaan. ”Ada tiga kapal selam, dua kapal permukaan frigat jenis perusak kawal rudal (PKR) dan 20 kapal patroli cepat dan kapal cepat torpedo,” tuturnya.
Hingga 2024,TNI AL butuh 24 unit kapal jenis ini.Kapal ini akan dioperasikan di wilayah armada barat dan Sulawesi Utara.Dalam pemesanan kapal ke PT Palindo itu, diketahui harga per unit kapal sekitar Rp75 miliar. Pada pengadaan pertama, KRI Celurit, pemerintah bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk pembiayaannya.
Kemandirian Alutsista
Lahirnya Undang-Undang (UU) Industri Pertahanan dipercaya bakal mempercepat perkembangan industri pertahanan dalam negeri. Sebab, UU yang ditandatangani Presiden saat hari ulang tahun TNI ke-67,5 Oktober lalu,itu mengatur sinergi antarindustri strategis maupun industri pertahanan dalam memproduksi alutsista.
Perkara sinergi ini yang selama ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi perusahaan. Menurut Hartind, UU Industri Pertahanan memberikan jaminan adanya pembelian produk pertahanan maupun oleh pemerintah. ”Selama ini yang dikhawatirkan industri pertahanan adalah masalah konsistensi pembelian dari user,”beber dia.
Sumber: SINDO
16 Oktober 2012, Jakarta: Kapal cepat rudal (KCR) yang dipesan pemerintah dari industri galangan kapal PT Palindo Marine, Batam, segera diserahterimakan. Keberadaan kapal jenis tersebut penting untuk pengamanan wilayah laut.
Dari empat KCR yang dipesan, dua di antaranya telah diserahterimakan, yakni KRI Celurit- 641 dan KRI Kujang-642.Ini merupakan bagian dari program pengadaan KCR secarabesar-besaran TNI Angkatan Laut (AL). Managing Director PT Palindo Marine Harmanto mengungkapkan, KCR yang ketiga sekarang ini tinggal tahap finishing. ”Minggu lalu sudah di-launching dan akhir tahun ini mungkin bisa diserahterimakan,” katanya kepada SINDO kemarin.
Kapal ketiga itu sudah berada di galangan kapal dari pabrik tersebut dan menjalani penyempurnaan. ”Setelah penyempurnaan, akan dilakukan pengujian di laut,”sebut dia. Sembari menyelesaikan kapal ketiga, lanjut Harmanto, pihaknya juga sudah mulai tahapan pengerjaan kapal keempat. ”Kita membuat kapal lengkap,kecuali persenjataannya,” imbuh dia. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin menuturkan,pemerintah akan membeli total sekitar 35 KCR untuk memenuhi kebutuhan sesuai program pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF).
”Sejauh ini baru empat yang kita pesan,”ujarnya. Indonesia butuh kapal-kapal jenis ini untuk pengamanan wilayah laut, terutama di kawasan barat.”Perairan wilayah barat sangat cocok untuk kapalkapal kecil seperti ini (panjang di bawah 100 meter) karena perairannya dangkal. Kalau di timur, kita butuh kapal-kapal besar yang panjangnya di atas 100 meter,”terang dia. Untuk kapal berukuran di atas 100 meter, kata dia,Kemhan memesan ke PT PAL Surabaya.
”Kita juga punya program korvet nasional,” sebut Hartind yang juga staf ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan itu. Komandan Satgas KCR-40 dan PC-43 TNI AL Kolonel Nurwahyudi menambahkan, butuh waktu sekitar 12 bulan untuk merampungkan satu unit KCR terhitung sejak penandatanganan kontrak.”Nanti sebelum diserahterimakan ada uji kelaikan laut dulu oleh TNI AL,”sebut dia.
Kapal ini,kata Nurwahyudi, memiliki spesifikasi yang relatif sama dengan dua kapal sebelumnya, KRI Celurit-641 dan KRI Kujang-642. Untuk diketahui, kapal yang didesain sebagai kapal patroli tersebut memiliki spesifikasi panjang sekitar 44 meter, lebar 7,4 meter, berbobot 250 ton,dan mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 30 knot. Kapal dipersenjatai rudal C-705, meriam kaliber 30 mm enam laras, serta meriam anjungan dua unit kaliber 20 mm.
KSAL Laksamana TNI Soeparno sebelumnya menuturkan, program penambahan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL 2012 adalah pengadaan kapal selam dan kapal permukaan. ”Ada tiga kapal selam, dua kapal permukaan frigat jenis perusak kawal rudal (PKR) dan 20 kapal patroli cepat dan kapal cepat torpedo,” tuturnya.
Hingga 2024,TNI AL butuh 24 unit kapal jenis ini.Kapal ini akan dioperasikan di wilayah armada barat dan Sulawesi Utara.Dalam pemesanan kapal ke PT Palindo itu, diketahui harga per unit kapal sekitar Rp75 miliar. Pada pengadaan pertama, KRI Celurit, pemerintah bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk pembiayaannya.
Kemandirian Alutsista
Lahirnya Undang-Undang (UU) Industri Pertahanan dipercaya bakal mempercepat perkembangan industri pertahanan dalam negeri. Sebab, UU yang ditandatangani Presiden saat hari ulang tahun TNI ke-67,5 Oktober lalu,itu mengatur sinergi antarindustri strategis maupun industri pertahanan dalam memproduksi alutsista.
Perkara sinergi ini yang selama ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi perusahaan. Menurut Hartind, UU Industri Pertahanan memberikan jaminan adanya pembelian produk pertahanan maupun oleh pemerintah. ”Selama ini yang dikhawatirkan industri pertahanan adalah masalah konsistensi pembelian dari user,”beber dia.
Sumber: SINDO
Monday, October 15, 2012
Hawk 200 Skadron Udara 12 Black Panther Jatuh di Pekanbaru
Pesawat Hawk 200 milik TNI AU jatuh sekitar 3 km dari Bandara Sultan Syarief Kasim II Pekanbaru, Selasa (16/12). (Foto: ANTARA FOTO/HO/Ozi/pd/12)
16 Oktober 2012, Pekanbaru: Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kementerian Pertahanan Mayjen Hartind Asrin mengatakan, pesawat tempur Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara yang jatuh di kawasan Pandau Permai, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10/2012), karena mengalami kerusakan mesin. Pesawat tersebut sedang latihan terbang dan dalam kondisi layak mengudara.
"Kapuspen TNI AU sudah memberikan laporan, pesawat itu terbang dalam rangka latihan. Tapi, tiba-tiba mesinnya rusak dan jatuh," kata Asrin, di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Asrin mengatakan, laporan mengenai kerusakan mesin diperoleh dari keterangan pilot pesawat Letnan Dua Reza Yori Prasetyo. Sementara Reza selamat dari kecelakaan setelah keluar dari pesawat tempur Hawk 200 melalui kursi pelontar.
"Keterangan yang diperoleh dari Reza selanjutnya akan ditindaklanjuti tim investigasi di lapangan," tambahnya.
Asrin menjelaskan, terkait jatuhnya pesawat bisa disebabkan berbagai faktor, seperti kerusakan mesin, cuaca, dan kesalahan manusia. Tiga faktor itu akan dicocokkan lagi dengan keterangan pilot pesawat melalui investigasi internal TNI AU.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Hawk 200 milik Skadron Udara 12 Black Panther jatuh di permukiman Pandau Permai sekitar pukul 09.46, di Desa Pasir Putih, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Menurut Nia (45), warga Bencah Limbat, ia sempat melihat pesawat meledak di atas rumahnya. "Pagi itu saya lagi menyapu halaman, dan saya terkejut mendengar suara ledakan sangat keras di udara. Ketika saya lihat ke atas rupanya pesawat tempur yang meledak," ucapnya.
Lalu, pesawat berkursi tunggal itu sempat memutar dan jatuh di halaman panti asuhan. "Sebelum jatuh, saya juga sempat melihat pilotnya terjun payung," kata Nia.
Sumber: KOMPAS
16 Oktober 2012, Pekanbaru: Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kementerian Pertahanan Mayjen Hartind Asrin mengatakan, pesawat tempur Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara yang jatuh di kawasan Pandau Permai, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10/2012), karena mengalami kerusakan mesin. Pesawat tersebut sedang latihan terbang dan dalam kondisi layak mengudara.
"Kapuspen TNI AU sudah memberikan laporan, pesawat itu terbang dalam rangka latihan. Tapi, tiba-tiba mesinnya rusak dan jatuh," kata Asrin, di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Asrin mengatakan, laporan mengenai kerusakan mesin diperoleh dari keterangan pilot pesawat Letnan Dua Reza Yori Prasetyo. Sementara Reza selamat dari kecelakaan setelah keluar dari pesawat tempur Hawk 200 melalui kursi pelontar.
"Keterangan yang diperoleh dari Reza selanjutnya akan ditindaklanjuti tim investigasi di lapangan," tambahnya.
Asrin menjelaskan, terkait jatuhnya pesawat bisa disebabkan berbagai faktor, seperti kerusakan mesin, cuaca, dan kesalahan manusia. Tiga faktor itu akan dicocokkan lagi dengan keterangan pilot pesawat melalui investigasi internal TNI AU.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Hawk 200 milik Skadron Udara 12 Black Panther jatuh di permukiman Pandau Permai sekitar pukul 09.46, di Desa Pasir Putih, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.
Menurut Nia (45), warga Bencah Limbat, ia sempat melihat pesawat meledak di atas rumahnya. "Pagi itu saya lagi menyapu halaman, dan saya terkejut mendengar suara ledakan sangat keras di udara. Ketika saya lihat ke atas rupanya pesawat tempur yang meledak," ucapnya.
Lalu, pesawat berkursi tunggal itu sempat memutar dan jatuh di halaman panti asuhan. "Sebelum jatuh, saya juga sempat melihat pilotnya terjun payung," kata Nia.
Sumber: KOMPAS
Sangatta Dikuasai Marinir
Pasrat Marinir berhasil melaksanakan pendaratan pada pukul 05.15 di Pantai Sangatta Kalimantan Timur dalam rangka Latihan Perang Armada Jaya XXXI/2012 (15/10/12). (Foto: Marinir)
16 Oktober 2012, Sangatta: KEPALA Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, menyaksikan secara langsung pelaksanaan pendaratan Pasukan Marinir dari laut ke darat. Pendaratan pasukan tersebut sebagai upaya merebut kembali wilayah Sangatta, Kalimantan Timur, yang telah dikuasai oleh negara lain.
Demikian skenario dalam latihan perang terbesar TNI Angkatan Laut yang bersandikan Armada Jaya XXXI/2012, di Sangatta, Kalimantan Timur, Senin (15/10).
Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Dispenal), latihan Armada Jaya tahun ini melibatkan 5.500 prajurit TNI AL, 35 kapal perang berbagai jenis, 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat. Kapal perang terdiri dari kapal selam, perusak kawal rudal (PKR), kapal cepat rudal (KCR), kapal perusak kawal, kapal angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda.
Laksamana Soeparno memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh prajurit TNI AL yang terlibat dalam Armada Jaya XXXI-2012. Hasil yang dicapai dalam latihan perang kali ini adalah berhasilnya latihan perang di laut dengan ujicoba peluru kendali Yakhont yang berhasil menghancurkan dan menenggelamkan sasaran hanya dalam waktu 9 menit. Selain itu, dilakukan latihan perebutan daerah tumpuan pantai oleh pasukan pendarat Marinir serta latihan perebutan daerah sasaran.
“Kesuksesan latihan ini merupakan salah satu indikator bahwa TNI AL siap mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI dari setiap ancaman kapanpun dan dimanapun,” kata Soeparno.
Lebih lanjut, Soeparno mengatakan Latihan Armada Jaya tahun ini bertemakan “Melalui Latihan Armada Jaya XXXI/2012 TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Laut Gabungan, Operasi Amphibi dan Operasi Pendaratan Administrasi di Wilayah Timur Indonesia Dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”, rencananya akan dilaksanakan setiap tahun. Dengan latihan yang dilaksanakan setiap tahunnya dapat meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL yang harus selalu siap mengemban tugas negara.
Dalam latihan ini, KSAL bertindak selaku Pemimpin Umum Armada Jaya XXXI/2012, sedangkan Direktur Latihan (Dirlat) dijabat oleh Komandan Seskoal Laksda TNI Arief Rudianto.
Tampak hadir menyaksikan latihan Armada Jaya pada tahun ini yakni anggota Komisi I DPR RI Tri Tamtomo dan Yahya Sacawiria, pejabat teras Mabesal dan para Pangkotama TNI AL.
Sumber: Jurnas
16 Oktober 2012, Sangatta: KEPALA Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, menyaksikan secara langsung pelaksanaan pendaratan Pasukan Marinir dari laut ke darat. Pendaratan pasukan tersebut sebagai upaya merebut kembali wilayah Sangatta, Kalimantan Timur, yang telah dikuasai oleh negara lain.
Demikian skenario dalam latihan perang terbesar TNI Angkatan Laut yang bersandikan Armada Jaya XXXI/2012, di Sangatta, Kalimantan Timur, Senin (15/10).
Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Dispenal), latihan Armada Jaya tahun ini melibatkan 5.500 prajurit TNI AL, 35 kapal perang berbagai jenis, 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat. Kapal perang terdiri dari kapal selam, perusak kawal rudal (PKR), kapal cepat rudal (KCR), kapal perusak kawal, kapal angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda.
Laksamana Soeparno memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh prajurit TNI AL yang terlibat dalam Armada Jaya XXXI-2012. Hasil yang dicapai dalam latihan perang kali ini adalah berhasilnya latihan perang di laut dengan ujicoba peluru kendali Yakhont yang berhasil menghancurkan dan menenggelamkan sasaran hanya dalam waktu 9 menit. Selain itu, dilakukan latihan perebutan daerah tumpuan pantai oleh pasukan pendarat Marinir serta latihan perebutan daerah sasaran.
“Kesuksesan latihan ini merupakan salah satu indikator bahwa TNI AL siap mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI dari setiap ancaman kapanpun dan dimanapun,” kata Soeparno.
Lebih lanjut, Soeparno mengatakan Latihan Armada Jaya tahun ini bertemakan “Melalui Latihan Armada Jaya XXXI/2012 TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Laut Gabungan, Operasi Amphibi dan Operasi Pendaratan Administrasi di Wilayah Timur Indonesia Dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”, rencananya akan dilaksanakan setiap tahun. Dengan latihan yang dilaksanakan setiap tahunnya dapat meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL yang harus selalu siap mengemban tugas negara.
Dalam latihan ini, KSAL bertindak selaku Pemimpin Umum Armada Jaya XXXI/2012, sedangkan Direktur Latihan (Dirlat) dijabat oleh Komandan Seskoal Laksda TNI Arief Rudianto.
Tampak hadir menyaksikan latihan Armada Jaya pada tahun ini yakni anggota Komisi I DPR RI Tri Tamtomo dan Yahya Sacawiria, pejabat teras Mabesal dan para Pangkotama TNI AL.
Sumber: Jurnas
Rencana Litbang Produk Alutsista
Ranpur canon produksi PT Pindad sedang diuji coba TNI AD. (Foto: Berita HanKam)
Daftar rencana litbang produk alutsista industri pertahanan dalam negeri.
1. Lead integrator PT. DI
a. Pesawat tempur generasi 4,5 KFX/IFX mulai pengusaan desain (2013-2014), penguasaan produksi (2015-2019), pengembangan produksi (2015-2024),
b. Pesawat angkut N-XXX sebagai pengembangan dari C-130,
c. Pesawat terbang tanpa awak jenis Alap-alap, Sriti dan UCAV,
d. Bom 250kg dan smart bomb.
2. Lead integrator PT. PAL
a. Kapal perang atas air KCR 60m, PKR 105m,
b. Kapal selam sebagai pengembangan KRI Cakra.
3. Lead integrator PT. Pindad
a. Ranpur medium tank dan main battle tank mulai tahap penguasaan desain (2013-2014), penguasaan produksi (2015-2019), pengembangan baru (2020-2024),
b. Roket Rhan 220, Rhan 450, Rhan 550,
c. Rudal C-705 dan rudal jarak menengah,
d. SS-3 dan SS-10.
4. Lead integrator PT. LEN
a. Land radar, Land radar surveillance, Land radar surveillance 3D,
b. Combat Management System (CMS), CMS KCR, CMS PKR, CMS kapal selam,
c. Alat komunikasi; digital signal processing, multiband dan SDR.
5. Lead integrator Badan Usaha Milik Swasta
a. KCR Trimaran,
b. Payung udara orang, paying udara barang.
c. Rompi anti peluru dan helm anti peluru.
Sumber: Blue Print Litbang Produk Alpalhankam, KKIP
@Berita HanKam
Daftar rencana litbang produk alutsista industri pertahanan dalam negeri.
1. Lead integrator PT. DI
a. Pesawat tempur generasi 4,5 KFX/IFX mulai pengusaan desain (2013-2014), penguasaan produksi (2015-2019), pengembangan produksi (2015-2024),
b. Pesawat angkut N-XXX sebagai pengembangan dari C-130,
c. Pesawat terbang tanpa awak jenis Alap-alap, Sriti dan UCAV,
d. Bom 250kg dan smart bomb.
2. Lead integrator PT. PAL
a. Kapal perang atas air KCR 60m, PKR 105m,
b. Kapal selam sebagai pengembangan KRI Cakra.
3. Lead integrator PT. Pindad
a. Ranpur medium tank dan main battle tank mulai tahap penguasaan desain (2013-2014), penguasaan produksi (2015-2019), pengembangan baru (2020-2024),
b. Roket Rhan 220, Rhan 450, Rhan 550,
c. Rudal C-705 dan rudal jarak menengah,
d. SS-3 dan SS-10.
4. Lead integrator PT. LEN
a. Land radar, Land radar surveillance, Land radar surveillance 3D,
b. Combat Management System (CMS), CMS KCR, CMS PKR, CMS kapal selam,
c. Alat komunikasi; digital signal processing, multiband dan SDR.
5. Lead integrator Badan Usaha Milik Swasta
a. KCR Trimaran,
b. Payung udara orang, paying udara barang.
c. Rompi anti peluru dan helm anti peluru.
Sumber: Blue Print Litbang Produk Alpalhankam, KKIP
@Berita HanKam
KRI Sultan Hasanuddin-366 Latihan di Laut Mediterranean
(Foto: Dispenarmatim)
15 Oktober 2012, Lebanon: KRI Sultan Hasanuddin-366 “mengamuk”, bertubi-tubi tembakan dikeluarkan dari moncong meriam kaliber 76 mm dan 20 mm. Sesaat kemudian nampak dikejauhan sasaran permukaan laut hancur dan perlahan-lahan tenggelam. Sejenak kemudian terdengar dentuman-dentuman keras suara tembakan yang berasal dari meriam kapal perang lainnya. Air laut pun nampak semburat keatas menandai bahwa amonisi yang dipakai untuk menghancurkan sasaran itu adalah peluru tajam.
Akhirnya delapan sasaran permukaan laut berwarna orange dapat dihancurkan. Demikian sekilas gambaran mengenai MTF Live Firing Gunnery Exercise yang dilaksanakan oleh enam unsur Maritime Task Force United Nations Interim Force In Lebanon (MTF/UNIFIL) di area Barbara 2 Laut Mediterranean, Jum’at (12/10).
Latihan Gabungan MTF-448 UNIFIL menggunakan sandi “Blue Hurricane” sebutan angin topan yang biasa terjadi di daerah tropis, dengan sasaran target permukaan laut dan target udara (Surface and Anti Air Gunfire Exercise).
Unsur-unsur MTF yang terlibat terdiri dari tiga kapal Fregate dan tiga kapal patroli yaitu KRI Sultan Hasanuddin-366 (Indonesia), FGS Magdeburg F-261 (Jerman), BRS Liberal F-43 (Brasil), FGS Gepard P-6121(Jerman), BNS Madhumati P911 (Bangladesh) dan HS Kristallidis P-69 (Yunani). Sedangkan dari LAF Navy diikutsertakan beberapa perwira observer dan kadet yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366, BRS Liberal F-43 dan FGS Magdeburg F-261.
Latihan manuvra laut ini juga disaksikan oleh para petinggi LAF (Lebanon Armed Force) dan pejabat UNIFIL yang onboard di BRS Liberal F-43. Latihan ini bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan inter operability antar unsur-unsur MTF-448 sekaligus menunjukkan kepada Staf UNIFIL dan LAF tingkat profesionalitas dan kesiapan unsur-unsur laut dalam mendukung United Nations Security Council Resolution (UNSCR) 1701.
Mengawali latihan terlebih dahulu dilaksanakan Identification and Surveilence Recognition (ISR) yang dilakukan oleh Helikopter BO 105 NV 414 yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366 untuk melaksanakan pengamatan dan meyakinkan area latihan benar-benar aman dari lalu lintas laut.
Surface Gunfire Exercise dilaksanakan pada siang hari dengan sasaran target permukaan berupa delapan Killer Tomatoes. Peletakkan target Killer Tomatoes dilakukan oleh KRI Sultan Hasanuddin-366, FGS Magdeburg F-261 dan FGS Gepard P-6121 di area penembakkan Barbara (Laut Mediterranean).
Latihan Surface Gunfire ini dibagi dalam lima sesi, pada sesi pertama sampai dengan sesi keempat penembakkan dilaksanakan oleh tiap-tiap unsur yang membentuk formasi garis lurus dengan jarak antar unsur 1000 yard. Sedangkan jarak tembak dari formasi bervariasi dari 1500 – 10.000 yard dengan menggunakan meriam 76 mm dan 20 mm secara bergantian.
Pada sesi kelima KRI Sultan Hasanuddin-366 melaksanakan manuvra taktis dengan kecepatan 25 knot sambil memuntahkan tembakkan dari meriam 76 mm kearah sasaran sejauh 9000 yard/4,5 mil laut. Dua dari enam target Killer Tomatoes berhasil dihancurkan oleh meriam 76 mm. Setelah mendekati sasaran pada jarak 3000 yard, meriam 20 mm beraksi dengan memuntahkan amonisinya ke target. Satu target Killer Tomatoes berukuran 3 x 3 meter itupun dapat dihancurkan dengan mudah. Tidak semua target dihancurkan oleh KRI Sultan Hasanuddin-366 karena tiga target lainnya untuk latihan penembakan unsur yang lain.
Sedangkan Anti Air Gunfire Exercise dilaksanakan pada malam hari dengan menggunakan meriam 20 mm. Sasaran berupa flare ditembakkan dari BRS Liberal F-43, setelah flare menyala di udara, setiap unsur dapat menembak sasaran tersebut secara bergantian. Latihan penembakan pada malam hari tersebut berakhir pada pukul 21.00 local time dengan berjalan lancar dan aman.
Dalam latihan ini, KRI Sultan Hasanuddin-366 mendapat apresiasi yang tinggi dari para pejabat UNIFIL dan Lebanon Armed Force maupun dari sesama unsur MTF karena tingkat profesionalisme para prajuritnya sehingga dapat melaksanakan latihan manuvra taktis dan penembakkan secara tepat dan aman.
Dengan adanya kegiatan latihan ini KRI Sultan Hasanuddin-366 juga memberikan kesan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki Angkatan Laut yang profesional dan terlatih dengan baik dan sangat layak untuk mengemban misi-misi internasional dibawah bendera PBB.
Latihan ini diawali dengan Pre Sail Gunnery Exercixe Briefing yang dilaksanakan sehari sebelumnya di BRS Liberal F-43 yang dihadiri oleh MTF Commander Rear Admiral Wagnen Lopes de Moraes ZAMITH, Chief of Staff MTF Kolonel Laut (P) Dwi Sulaksono, para Deputy MTF dan para Komandan Unsur-unsur MTF yang terlibat latihan serta dari LAF Navy.
Dalam sambutannya, MTF Commander menekankan bahwa semua unsur harus mengutamakan keamanan latihan pada setiap sesi latihan. Selain itu setiap sesi latihan menjadi tanggung jawab penuh Komandan kapal dengan tetap mengacu pada standar prosedur dan peraturan yang berlaku di negaranya masing-masing.
Sumber: Dispenarmatim
15 Oktober 2012, Lebanon: KRI Sultan Hasanuddin-366 “mengamuk”, bertubi-tubi tembakan dikeluarkan dari moncong meriam kaliber 76 mm dan 20 mm. Sesaat kemudian nampak dikejauhan sasaran permukaan laut hancur dan perlahan-lahan tenggelam. Sejenak kemudian terdengar dentuman-dentuman keras suara tembakan yang berasal dari meriam kapal perang lainnya. Air laut pun nampak semburat keatas menandai bahwa amonisi yang dipakai untuk menghancurkan sasaran itu adalah peluru tajam.
Akhirnya delapan sasaran permukaan laut berwarna orange dapat dihancurkan. Demikian sekilas gambaran mengenai MTF Live Firing Gunnery Exercise yang dilaksanakan oleh enam unsur Maritime Task Force United Nations Interim Force In Lebanon (MTF/UNIFIL) di area Barbara 2 Laut Mediterranean, Jum’at (12/10).
Latihan Gabungan MTF-448 UNIFIL menggunakan sandi “Blue Hurricane” sebutan angin topan yang biasa terjadi di daerah tropis, dengan sasaran target permukaan laut dan target udara (Surface and Anti Air Gunfire Exercise).
Unsur-unsur MTF yang terlibat terdiri dari tiga kapal Fregate dan tiga kapal patroli yaitu KRI Sultan Hasanuddin-366 (Indonesia), FGS Magdeburg F-261 (Jerman), BRS Liberal F-43 (Brasil), FGS Gepard P-6121(Jerman), BNS Madhumati P911 (Bangladesh) dan HS Kristallidis P-69 (Yunani). Sedangkan dari LAF Navy diikutsertakan beberapa perwira observer dan kadet yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366, BRS Liberal F-43 dan FGS Magdeburg F-261.
Latihan manuvra laut ini juga disaksikan oleh para petinggi LAF (Lebanon Armed Force) dan pejabat UNIFIL yang onboard di BRS Liberal F-43. Latihan ini bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan inter operability antar unsur-unsur MTF-448 sekaligus menunjukkan kepada Staf UNIFIL dan LAF tingkat profesionalitas dan kesiapan unsur-unsur laut dalam mendukung United Nations Security Council Resolution (UNSCR) 1701.
Mengawali latihan terlebih dahulu dilaksanakan Identification and Surveilence Recognition (ISR) yang dilakukan oleh Helikopter BO 105 NV 414 yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366 untuk melaksanakan pengamatan dan meyakinkan area latihan benar-benar aman dari lalu lintas laut.
Surface Gunfire Exercise dilaksanakan pada siang hari dengan sasaran target permukaan berupa delapan Killer Tomatoes. Peletakkan target Killer Tomatoes dilakukan oleh KRI Sultan Hasanuddin-366, FGS Magdeburg F-261 dan FGS Gepard P-6121 di area penembakkan Barbara (Laut Mediterranean).
Latihan Surface Gunfire ini dibagi dalam lima sesi, pada sesi pertama sampai dengan sesi keempat penembakkan dilaksanakan oleh tiap-tiap unsur yang membentuk formasi garis lurus dengan jarak antar unsur 1000 yard. Sedangkan jarak tembak dari formasi bervariasi dari 1500 – 10.000 yard dengan menggunakan meriam 76 mm dan 20 mm secara bergantian.
Pada sesi kelima KRI Sultan Hasanuddin-366 melaksanakan manuvra taktis dengan kecepatan 25 knot sambil memuntahkan tembakkan dari meriam 76 mm kearah sasaran sejauh 9000 yard/4,5 mil laut. Dua dari enam target Killer Tomatoes berhasil dihancurkan oleh meriam 76 mm. Setelah mendekati sasaran pada jarak 3000 yard, meriam 20 mm beraksi dengan memuntahkan amonisinya ke target. Satu target Killer Tomatoes berukuran 3 x 3 meter itupun dapat dihancurkan dengan mudah. Tidak semua target dihancurkan oleh KRI Sultan Hasanuddin-366 karena tiga target lainnya untuk latihan penembakan unsur yang lain.
Sedangkan Anti Air Gunfire Exercise dilaksanakan pada malam hari dengan menggunakan meriam 20 mm. Sasaran berupa flare ditembakkan dari BRS Liberal F-43, setelah flare menyala di udara, setiap unsur dapat menembak sasaran tersebut secara bergantian. Latihan penembakan pada malam hari tersebut berakhir pada pukul 21.00 local time dengan berjalan lancar dan aman.
Dalam latihan ini, KRI Sultan Hasanuddin-366 mendapat apresiasi yang tinggi dari para pejabat UNIFIL dan Lebanon Armed Force maupun dari sesama unsur MTF karena tingkat profesionalisme para prajuritnya sehingga dapat melaksanakan latihan manuvra taktis dan penembakkan secara tepat dan aman.
Dengan adanya kegiatan latihan ini KRI Sultan Hasanuddin-366 juga memberikan kesan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki Angkatan Laut yang profesional dan terlatih dengan baik dan sangat layak untuk mengemban misi-misi internasional dibawah bendera PBB.
Latihan ini diawali dengan Pre Sail Gunnery Exercixe Briefing yang dilaksanakan sehari sebelumnya di BRS Liberal F-43 yang dihadiri oleh MTF Commander Rear Admiral Wagnen Lopes de Moraes ZAMITH, Chief of Staff MTF Kolonel Laut (P) Dwi Sulaksono, para Deputy MTF dan para Komandan Unsur-unsur MTF yang terlibat latihan serta dari LAF Navy.
Dalam sambutannya, MTF Commander menekankan bahwa semua unsur harus mengutamakan keamanan latihan pada setiap sesi latihan. Selain itu setiap sesi latihan menjadi tanggung jawab penuh Komandan kapal dengan tetap mengacu pada standar prosedur dan peraturan yang berlaku di negaranya masing-masing.
Sumber: Dispenarmatim
Saturday, October 13, 2012
KRI Teluk Berau Karam Dihantam Rudal Yakhont
Anggota TNI AL memeriksa nose cap rudal Yakhont. (Foto: ANTARA/Eric Ireng)
13 Oktober 2012, Surabaya: KRI Oswald Siahaan (OWA)-354 dari jajaran unsur Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) yang tergabung dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 menembakkan Rudal Yakhont dan berhasil menenggelamkan kapal Ex KRI Teluk Berau yang dijadikan sasaran dalam latihan tersebut, Sabtu (13/10).
Manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang digelar di perairan Laut Sulawsi tersebut, KRI OWA-354 tepat pada pukul 09.58 WITA telah meluncurkan Rudal Yakhont dan berhasil mengenai target sasaran yang ditempatkan pada koordinat 0241.54 U – 12240.30 T (perairan Laut Sulawesi).
Begitu mendapat serangan Rudal Yakhont, tepat pada pukul 10.05 WITA sasaran mengalami kemiringan hingga 45 derajat. Kemudian tidak menunggu lama, pada pukul 10.06 WITA (satu menit kemudian), anjungan kapal yang menjadi sasaran tembak mulai tenggelam. Selanjutnya pada pukul 10.07 WITA, sasaran tembak tersebut dinyatakan tenggelam secara keseluruhan.
Rudal Yakhont yang saat ini diuji cobakan penembakan dalam Latihan Armada Jaya XXXI merupakan salah satu senjata strategis yang dimiliki TNI AL. Negara asal rudal ini adalah Rusia. Rudal ini memiliki kecepatan terbang kurang lebih 2 mach, dengan jangakauan tembak 300 km. Ketika ditembakan, rudal tersebut memiliki sudut luncur 90 derajat, dengan ketinggian terbang 14.000 meter. Dengan berat 3.000 kg, rudal ini memiliki panjang 8.900 mm dengan diameter 720 mm.
Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.
Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Sumber: Dispenarmatim
13 Oktober 2012, Surabaya: KRI Oswald Siahaan (OWA)-354 dari jajaran unsur Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) yang tergabung dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 menembakkan Rudal Yakhont dan berhasil menenggelamkan kapal Ex KRI Teluk Berau yang dijadikan sasaran dalam latihan tersebut, Sabtu (13/10).
Manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang digelar di perairan Laut Sulawsi tersebut, KRI OWA-354 tepat pada pukul 09.58 WITA telah meluncurkan Rudal Yakhont dan berhasil mengenai target sasaran yang ditempatkan pada koordinat 0241.54 U – 12240.30 T (perairan Laut Sulawesi).
Begitu mendapat serangan Rudal Yakhont, tepat pada pukul 10.05 WITA sasaran mengalami kemiringan hingga 45 derajat. Kemudian tidak menunggu lama, pada pukul 10.06 WITA (satu menit kemudian), anjungan kapal yang menjadi sasaran tembak mulai tenggelam. Selanjutnya pada pukul 10.07 WITA, sasaran tembak tersebut dinyatakan tenggelam secara keseluruhan.
Rudal Yakhont yang saat ini diuji cobakan penembakan dalam Latihan Armada Jaya XXXI merupakan salah satu senjata strategis yang dimiliki TNI AL. Negara asal rudal ini adalah Rusia. Rudal ini memiliki kecepatan terbang kurang lebih 2 mach, dengan jangakauan tembak 300 km. Ketika ditembakan, rudal tersebut memiliki sudut luncur 90 derajat, dengan ketinggian terbang 14.000 meter. Dengan berat 3.000 kg, rudal ini memiliki panjang 8.900 mm dengan diameter 720 mm.
Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.
Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Sumber: Dispenarmatim
Lanud Rusmin Nuryadin Home Base Satu Skuadron F-16 Hibah
F-16 A/B Fighting Falcon TNI AU dari Lanud Iswahjudi. TNI AU akan mengoperasikan 34 unit F-16 A/B/C/D mulai 2014, dibagi menjadi dua skuadron. (Foto: Dispenau)
13 Oktober 2012, Jakarta: Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda Bagus Puruhito mengatakan TNI AU akan membentuk skuadron khusus penampung pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat. Skuadron kelak akan ditempatkan di Pangkalan Udara Rusmin Nuryadin, Pekanbaru, Riau.
"Sementara ini akan segera dibangun dulu hanggarnya di sana (Pekan Baru). Dan pesawatnya (F-16) akan mulai datang (dari Amerika Serikat) tahun 2014 nanti sebanyak 24 unit secara bertahap," kata Bagus di Pangkalan Udara Husein Sasteranegara, Bandung, Sabtu 13 Oktober 2012.
Meski di Pekanbaru, Bagus melanjutkan, ke-24 pesawat hibah eks-Angkatan Udara Amerika Serikat itu tak akan disatukan dengan skuadron yang sudah ada di Lanud Rusmin yakni skuadron 12 yang diperkuat pesawat Hawk 200.
"Skuadron untuk F-16 nanti berdiri sendiri, terpisah dari skuadron 12. Nama skuadronnya nanti tentu tergantung Kepala Staf Angkatan Udara," katanya.
Bagus menjelaskan, penempatan F-16 di Pekanbaru tak lepas dari strategi modernisasi teknologi alutsista TNI-AU. Selain juga untuk perimbangan kekuatan di wilayah, supaya lebih berimbang. "Dengan belanja banyak alutsista baru kan (negeri) tetangga juga mikir (memperhitungkan kekuatan Indonesia)," kata dia.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengatakan, hibah 24 pesawat F-16 eks Amerika Serikat tersebut akan menambah jumlah kekuatan F-16 Indonesia yang sudah memiliki 10 unit F-16. "Jadi nanti akan ada dua skuadron (F-16). Salah satu skuadron berisi 16 pesawat," katanya Maret lalu.
Sumber: TEMPO
13 Oktober 2012, Jakarta: Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda Bagus Puruhito mengatakan TNI AU akan membentuk skuadron khusus penampung pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat. Skuadron kelak akan ditempatkan di Pangkalan Udara Rusmin Nuryadin, Pekanbaru, Riau.
"Sementara ini akan segera dibangun dulu hanggarnya di sana (Pekan Baru). Dan pesawatnya (F-16) akan mulai datang (dari Amerika Serikat) tahun 2014 nanti sebanyak 24 unit secara bertahap," kata Bagus di Pangkalan Udara Husein Sasteranegara, Bandung, Sabtu 13 Oktober 2012.
Meski di Pekanbaru, Bagus melanjutkan, ke-24 pesawat hibah eks-Angkatan Udara Amerika Serikat itu tak akan disatukan dengan skuadron yang sudah ada di Lanud Rusmin yakni skuadron 12 yang diperkuat pesawat Hawk 200.
"Skuadron untuk F-16 nanti berdiri sendiri, terpisah dari skuadron 12. Nama skuadronnya nanti tentu tergantung Kepala Staf Angkatan Udara," katanya.
Bagus menjelaskan, penempatan F-16 di Pekanbaru tak lepas dari strategi modernisasi teknologi alutsista TNI-AU. Selain juga untuk perimbangan kekuatan di wilayah, supaya lebih berimbang. "Dengan belanja banyak alutsista baru kan (negeri) tetangga juga mikir (memperhitungkan kekuatan Indonesia)," kata dia.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengatakan, hibah 24 pesawat F-16 eks Amerika Serikat tersebut akan menambah jumlah kekuatan F-16 Indonesia yang sudah memiliki 10 unit F-16. "Jadi nanti akan ada dua skuadron (F-16). Salah satu skuadron berisi 16 pesawat," katanya Maret lalu.
Sumber: TEMPO
Friday, October 12, 2012
Super Tucano Latihan ILS di Juanda
12 Oktober 2012, Surabaya: Foto sekuel berbagai manuver pesawat tempur terbaru milik TNI AU, Embraer EMB-314 Super Tucano buatan Brazil, melakukan latihan ILS (instrument landing system) di atas Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jumat (12/10). ILS adalah perangkat instrumen dalam pesawat yang berfungsi untuk membantu pendaratan pesawat di suatu bandara. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/12)
Menristek Kurang Puas Kinerja PUNA Wulung
Seorang perwira TNI melihat Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung ketika uji coba kemampuan terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Kamis (11/10). PTTA hasil pengembangan Balitbang Kemhan dan BPPT tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan militer dalam hal pengamatan wilayah (survailence), penanganan kebakaran hutan, pembuatan hujan buatan, dan mampu menggantikan pesawat tempur yang disebut dengan Unnamed Combat Aerial Vehicle (UCAV). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/mes/12)
11 Oktober 2012, Jakarta: Meski senang menyaksikan karya anak bangsa yang sudah bisa menciptakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA), namun dibalik rasa bangganya itu, Menristek Gusti Muhammad Hatta juga mengatakan kurang puas ketika menyaksikan PUNA jenis ‘Wulung’ yang diterbangkan di atas run way Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma saat demonstrasi udara, Jakarta, Kamis (11/10).
Menurut Menristek Gusti, Pesawat Terbang Tanpa Awak jenis Wulung tersebut suaranya terlalu bising. “Seharusnya pesawat nirawak tidak mengeluarkan suara. Bisa-bisa ditembak musuh kalau pesawat nirawak kita suaranya seperti itu,” kata Gusti kepada wartawan.
Ia berharap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Pertahanan bisa melakukan pengembangan yang lebih baik jika pesawat tanpa awak tersebut ditujukan sebagai alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
“Awalnya, pesawat tanpa awak memang diprioritaskan untuk keperluan sipil seperti memantau wilayah di Indonesia. Namun dalam perkembangannya pesawat tersebut bisa dijadikan sebagai alat utama sistem persenjataan TNI. Untuk itu pesawat ini harus canggih, dan saya yakin BPPT bisa membuatnya,” tambah Menristek.
Selain dari segi suara, Menristek juga mengkritik mengenai bahan dasar badan pesawat yang terbuat dari serat fiber. Ia berharap bisa diganti dengan bahan dasar lain yang lebih kuat, “Layaknya pesawat intai tanpa awak milik negara lain,” ujarnya.
Dibalik kritiknya itu, Gusti Muhammad Hatta mengaku tetap bangga dan siap mempromosikan pesawat tanpa awak tersebut. “Saya siap mempromosikan karya anak bangsa itu tahun depan. Dan saya berharap teknologi untuk pesawat intai tadi tidak menggunakan teknologi dari negara lain,” tutup Gusti.
Sumber: Info Publik
11 Oktober 2012, Jakarta: Meski senang menyaksikan karya anak bangsa yang sudah bisa menciptakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA), namun dibalik rasa bangganya itu, Menristek Gusti Muhammad Hatta juga mengatakan kurang puas ketika menyaksikan PUNA jenis ‘Wulung’ yang diterbangkan di atas run way Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma saat demonstrasi udara, Jakarta, Kamis (11/10).
Menurut Menristek Gusti, Pesawat Terbang Tanpa Awak jenis Wulung tersebut suaranya terlalu bising. “Seharusnya pesawat nirawak tidak mengeluarkan suara. Bisa-bisa ditembak musuh kalau pesawat nirawak kita suaranya seperti itu,” kata Gusti kepada wartawan.
Ia berharap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Pertahanan bisa melakukan pengembangan yang lebih baik jika pesawat tanpa awak tersebut ditujukan sebagai alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia.
“Awalnya, pesawat tanpa awak memang diprioritaskan untuk keperluan sipil seperti memantau wilayah di Indonesia. Namun dalam perkembangannya pesawat tersebut bisa dijadikan sebagai alat utama sistem persenjataan TNI. Untuk itu pesawat ini harus canggih, dan saya yakin BPPT bisa membuatnya,” tambah Menristek.
Selain dari segi suara, Menristek juga mengkritik mengenai bahan dasar badan pesawat yang terbuat dari serat fiber. Ia berharap bisa diganti dengan bahan dasar lain yang lebih kuat, “Layaknya pesawat intai tanpa awak milik negara lain,” ujarnya.
Dibalik kritiknya itu, Gusti Muhammad Hatta mengaku tetap bangga dan siap mempromosikan pesawat tanpa awak tersebut. “Saya siap mempromosikan karya anak bangsa itu tahun depan. Dan saya berharap teknologi untuk pesawat intai tadi tidak menggunakan teknologi dari negara lain,” tutup Gusti.
Sumber: Info Publik
Koarmatim Kerahkan 21 Kapal Perang dalam Latihan Armada Jaya 2012
12 Oktober 2012, Surabaya: Memasuki tahap manuver lapangan (manlap), 21 KRI dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang dilibatkan dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan beberapa kegiatan latihan di laut. Latihan yang digelar tersebut meliputi penangggulangan bahaya udara, melewati medan ranjau , hingga penanggulangan problem kesehatan dan masalah psikologi yang dialami oleh para prajurit.
Sejak kapal bertolak dari Dermaga Koarmatim, Rabu (10/10), hampir tidak ada kesempatan untuk santai, seluruh prajurit dalam kondisi siaga penuh; siap menghadapi setiap Rencana Informasi Latihan (RIL) yang disampaikan oleh para wasit dan pengendali latihan (Wasdal). Sekurang-kurangnya setiap lima belas menit, alarm terdengar meraung-raung tanda berlangsungnya peran tempur.
Hari ini Jumat (12/10), seluruh KRI Kormatim serta beberapa unsur latihan dari komando utama operasional lainnya akan melaksanakan beberapa jenis latihan pada tahap latihan umum. Beberapa latihan yang digelar di antaranya, simulasi penyapuan ranjau, simulasi sabotase, dan simulasi serangan udara.
Pada tahap manuver lapangan Armada Jaya XXXI/2012 yang dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober, kekuatan yang dikerahkan secara kuantitas kurang lebih 5.500 personel, 35 kapal perang berbagai jenis (kapal selam, perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, perusak kawal, angkut tank, buru ranjau, kapal tanker dan kapal bantu tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.
Latihan Armada Jaya ini merupakan salah satu aktualisasi tentang kesiapan TNI AL dalam melaksanakan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi di perairan timur yurisdiksi nasional dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
TNI Angkatan Laut sebagai alat pertahanan negara di laut dituntut kesiapannya dalam menghadapi dan memgantisipasi berbagai bentuk ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan kedaulatan NKRI. Kesiapan TNI AL berupa tampilan kemampuan dan kekuatan alutsista yang andal, kesiapsiagaan operasional seluruh komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dan profesionalisme prajurit matra laut. Pencapaian hasil dari kegiatan pembinaan tersebut, diukur melalui latihan puncak TNI AL yaitu Armada Jaya.
Sumber: Dispenarmatim
Legislator: UU Inhan Mewajibkan TNI Menggunakan Alutsista Produksi Dalam Negeri
PUNA Gagak rancangan BPPT. TNI akan membangun satu skuadron PUNA buatan dalam negeri. (Foto: Berita HanKam)
12 Oktober 2012, Jakarta: Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Najib mengatakan, UU Industri Pertahanan (Inhan) bisa mengikat pejabat kita baik pada Kementerian Pertahanan maupun TNI, agar menggunakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi dalam negeri.
"Kalau terpaksa beli di luar negeri, maka harus diikuti dengan berbagai persyaratan, seperti transfer teknologi, atau dalam jangka panjang ada join production sehingga ketergantungan kita akan alutsista luar negeri bisa berkurang," kata Najib di Jakarta, Jumat.
Dia meneruskan, "di saat bersamaan akan tumbuh industri pertahanan dalam negeri yang bisa memasok alutsista."
Dia menyebut UU Inhan akan dijalankan oleh siapapun yang memerintah negeri ini.
"Kalau dibingkai UU, kan jangka panjang, siapapun nantinya yang berkuasa, dia tetap dikawal oleh UU ini," kata Najib.
UU Inhan memberi kepastian bagi industri dalam negeri karena baik dalam jangka pendek, menengah, mapun panjang sehingga percaya diri memproduksi dan mengembangkan alutsista.
"Kalau pemerintah tidak melaksanakan bisa kena sanksi, pejabatnya bisa kena hukuman. Sehingga daya paksanya sangat kuat. Sanksi bukan dalam pengertian hukuman yang harus ditanggung, karena soal hukuman diatur UU lain. Tapi sanksi yang semangatnya mengikat pemerintah," sebut Najib.
Pada UU Inhan terdapat pasal yang memberi sanksi bagi TNI yang membeli alutsista dari luar negeri padahal tersedia di dalam negeri. Najib menyatakan, saat ini yang lebih dikedepankan adalah bagaimana mendorong industri pertahanan dalam negeri maju.
"Sebaiknya kita tidak berbicara punishment, tapi bagaimana kita mendorong idealisme bangsa, dan kepentingan negara menjadi prioritas. Kita tidak ingin berbagai pejabat melakukan itu," kata dia.
UU Inhan juga akan menghindari maraknya makelar alutsista yang sering menciptakan masalah seperti korupsi. "Dengan adanya UU ini kita lebih memprioritaskan hubungan antarnegara, hubungan G to G, yang bisa saling menguntungkan bagi kedua negara, dan meminimalisasi peran broker.
UU ini juga lebih membuka pengusaha untuk terjun dalam bisnis alutsista demi mendapatkan keuntungan jangka panjang, seperti investasi membangun industri pertahanan dan memproduksi alutsista yang diperlukan.
Sumber: ANTARA News
12 Oktober 2012, Jakarta: Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Najib mengatakan, UU Industri Pertahanan (Inhan) bisa mengikat pejabat kita baik pada Kementerian Pertahanan maupun TNI, agar menggunakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi dalam negeri.
"Kalau terpaksa beli di luar negeri, maka harus diikuti dengan berbagai persyaratan, seperti transfer teknologi, atau dalam jangka panjang ada join production sehingga ketergantungan kita akan alutsista luar negeri bisa berkurang," kata Najib di Jakarta, Jumat.
Dia meneruskan, "di saat bersamaan akan tumbuh industri pertahanan dalam negeri yang bisa memasok alutsista."
Dia menyebut UU Inhan akan dijalankan oleh siapapun yang memerintah negeri ini.
"Kalau dibingkai UU, kan jangka panjang, siapapun nantinya yang berkuasa, dia tetap dikawal oleh UU ini," kata Najib.
UU Inhan memberi kepastian bagi industri dalam negeri karena baik dalam jangka pendek, menengah, mapun panjang sehingga percaya diri memproduksi dan mengembangkan alutsista.
"Kalau pemerintah tidak melaksanakan bisa kena sanksi, pejabatnya bisa kena hukuman. Sehingga daya paksanya sangat kuat. Sanksi bukan dalam pengertian hukuman yang harus ditanggung, karena soal hukuman diatur UU lain. Tapi sanksi yang semangatnya mengikat pemerintah," sebut Najib.
Pada UU Inhan terdapat pasal yang memberi sanksi bagi TNI yang membeli alutsista dari luar negeri padahal tersedia di dalam negeri. Najib menyatakan, saat ini yang lebih dikedepankan adalah bagaimana mendorong industri pertahanan dalam negeri maju.
"Sebaiknya kita tidak berbicara punishment, tapi bagaimana kita mendorong idealisme bangsa, dan kepentingan negara menjadi prioritas. Kita tidak ingin berbagai pejabat melakukan itu," kata dia.
UU Inhan juga akan menghindari maraknya makelar alutsista yang sering menciptakan masalah seperti korupsi. "Dengan adanya UU ini kita lebih memprioritaskan hubungan antarnegara, hubungan G to G, yang bisa saling menguntungkan bagi kedua negara, dan meminimalisasi peran broker.
UU ini juga lebih membuka pengusaha untuk terjun dalam bisnis alutsista demi mendapatkan keuntungan jangka panjang, seperti investasi membangun industri pertahanan dan memproduksi alutsista yang diperlukan.
Sumber: ANTARA News
Thursday, October 11, 2012
PUNA Wulung Segera Dioperasikan TNI AU
(Foto: BPPT)
11 Oktober 2012, Jakarta: Sejak awal pengembangannya pada 2004 lalu, pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilakukan oleh BPPT telah menghasilkan berbagai prototip yang sesuai dengan misi terbang yang diembannya. Diantaranya yaitu PUNA Wulung, Gagak, Pelatuk, Seriti serta Alap-alap. Bahkan setelah bekerjasama dengan Balitbangkemenham pada 2011 lalu telah berhasil pula dikembangkan PUNA untuk misi surveilance (pemantauan dari udara). Pengembangan PUNA dengan misi pemantauan udara ini dimaksudkan untuk dipergunakan TNI sebagai pendukung wahana patroli perbatasan NKRI.
“Dalam kerekayasaan suatu teknologi, capaian-capaian tersebut baru sebatas Technology Development Phase. Hal ini harus dilanjutkan ke tahap engineering manufacturing sebelum sampai tahap akhir yaitu tahap produksi. Demo flight PUNA kali ini merupakan momentum PUNA melewati fase technology development,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar pada acara Demo Flight PUNA WULUNG di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta (11/10).
Dalam demo flight yang juga dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut ditampilkan PUNA Wulung yang dapat dimanfaatkan untuk misi surveilance. PUNA Wulung mempunyai bentang sayap 6 m, kecepatan operasional 52÷69 knots, kemampuan terbang 4 jam pada ketinggan sampai 8000 ft serta mampu lepas pandas pada jarak 300 m. Pesawat tersebut juga dilengkapi dengan target lock camera system untuk misi surveilance. Pesawat ini juga mampu terbang auto-pilot hingga 73,4 km.
“Masih banyak yang harus dilakukan dalam penyempurnaan produk PUNA pada tahap engineering manufacturing ke depan. Diantaranya menyusun standar desain PUNA nasional, menyempurnakan kendali auto takeoff-landing serta terbang konfigurasi bersama dalam satu squadron,” tegas Marzan.
Hal senada kembali ditegaskan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta, mengenai perlunya pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam proses penyempurnaan produk PUNA tersebut. Misalnya bagaimana upaya untuk lebih meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negerinya (TKDN), dan meningkatkan kualitas PUNA baik dari segi jarak tempuh, pengurangan tingkat kebisingan maupun perluasan kemampuan operasinya.
“Demo flight kali ini menunjukkan bahwa anak bangsa mampu mengembangkan teknologi sebagaimana bangsa maju lainnya. Yang harus dilakukan adalah yakin terhadap karya hasil anak bangsa tersebut. Jika kita ingin maju, industri nasional seharusnya memakai hasil penemuan dari peneliti kita,” ujarnya.
Setelah melihat demo flight kemampuan PUNA Wulung, Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa PUNA tersebut dapat dikatakan sudah lulus dari phase technology development. Dengan demikian, PUNA Wulung akan masuk dalam jajaran skuadron udara RI.
“Indonesia memang berencana untuk membangun skuadron PUNA yang akan ditempatkan di perbatasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pertama dari sisi pengguna, yaitu TNA AU, mengenai spesifikasi teknis dan operational requirements yang diharapkan. Dalam tahap engineering manufacturing nantinya, keperluan pengguna ini harus diperhatikan. Kemudian dari sisi produsen, diharapkan yang memproduksi PUNA ini nantinya adalah industri dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk membangun industri pertahanan dalam negeri,” ungkap Purnomo.
Ke depan, lanjutnya, diharapkan PUNA ini tidak hanya untuk misi surveilance saja, tapi juga pengintaian, perang elektronika, dan bahkan jika memungkinkan dapat dijadikan rudal dan bombing. “Kalau industri pertahanan kuat, TNI pasti kuat. Inilah yang ingin kita capai ke depan. Disamping itu kepentingan pemerintah adalah membangun multiplier effect dari pengembangan industri pertahanan dalam negeri ini,” ungkapnya.
Untuk mencapai semua itu, menurut Marzan, diperlukan kerjasama yang lebih luas dan intens dari seluruh potensi bangsa baik dari sistem politik (Kemenhan, Kemenperin, Kemenkominfo, Kemenristek dan Bappenas), sistem demand (TNI), sistem industri serta sistem litbang. “Secara umum BPPT akan berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, audit teknlogi, pengkaji dan penyedia solusi teknologi dalam mendukung industri pertahanan ini. BPPT akan terus berkontribusi secara berkelanjutan untuk mewujudkan PUNA nasional sebagai salah satu wahana pencapaian kemandirian teknologi industri pertahanan nasional yang menjadi keniscayaan suatu bangsa,” tutup Marzan.
Sumber: BPPT
11 Oktober 2012, Jakarta: Sejak awal pengembangannya pada 2004 lalu, pengembangan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilakukan oleh BPPT telah menghasilkan berbagai prototip yang sesuai dengan misi terbang yang diembannya. Diantaranya yaitu PUNA Wulung, Gagak, Pelatuk, Seriti serta Alap-alap. Bahkan setelah bekerjasama dengan Balitbangkemenham pada 2011 lalu telah berhasil pula dikembangkan PUNA untuk misi surveilance (pemantauan dari udara). Pengembangan PUNA dengan misi pemantauan udara ini dimaksudkan untuk dipergunakan TNI sebagai pendukung wahana patroli perbatasan NKRI.
“Dalam kerekayasaan suatu teknologi, capaian-capaian tersebut baru sebatas Technology Development Phase. Hal ini harus dilanjutkan ke tahap engineering manufacturing sebelum sampai tahap akhir yaitu tahap produksi. Demo flight PUNA kali ini merupakan momentum PUNA melewati fase technology development,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar pada acara Demo Flight PUNA WULUNG di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta (11/10).
Dalam demo flight yang juga dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut ditampilkan PUNA Wulung yang dapat dimanfaatkan untuk misi surveilance. PUNA Wulung mempunyai bentang sayap 6 m, kecepatan operasional 52÷69 knots, kemampuan terbang 4 jam pada ketinggan sampai 8000 ft serta mampu lepas pandas pada jarak 300 m. Pesawat tersebut juga dilengkapi dengan target lock camera system untuk misi surveilance. Pesawat ini juga mampu terbang auto-pilot hingga 73,4 km.
“Masih banyak yang harus dilakukan dalam penyempurnaan produk PUNA pada tahap engineering manufacturing ke depan. Diantaranya menyusun standar desain PUNA nasional, menyempurnakan kendali auto takeoff-landing serta terbang konfigurasi bersama dalam satu squadron,” tegas Marzan.
Hal senada kembali ditegaskan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta, mengenai perlunya pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam proses penyempurnaan produk PUNA tersebut. Misalnya bagaimana upaya untuk lebih meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negerinya (TKDN), dan meningkatkan kualitas PUNA baik dari segi jarak tempuh, pengurangan tingkat kebisingan maupun perluasan kemampuan operasinya.
“Demo flight kali ini menunjukkan bahwa anak bangsa mampu mengembangkan teknologi sebagaimana bangsa maju lainnya. Yang harus dilakukan adalah yakin terhadap karya hasil anak bangsa tersebut. Jika kita ingin maju, industri nasional seharusnya memakai hasil penemuan dari peneliti kita,” ujarnya.
Setelah melihat demo flight kemampuan PUNA Wulung, Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa PUNA tersebut dapat dikatakan sudah lulus dari phase technology development. Dengan demikian, PUNA Wulung akan masuk dalam jajaran skuadron udara RI.
“Indonesia memang berencana untuk membangun skuadron PUNA yang akan ditempatkan di perbatasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pertama dari sisi pengguna, yaitu TNA AU, mengenai spesifikasi teknis dan operational requirements yang diharapkan. Dalam tahap engineering manufacturing nantinya, keperluan pengguna ini harus diperhatikan. Kemudian dari sisi produsen, diharapkan yang memproduksi PUNA ini nantinya adalah industri dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk membangun industri pertahanan dalam negeri,” ungkap Purnomo.
Ke depan, lanjutnya, diharapkan PUNA ini tidak hanya untuk misi surveilance saja, tapi juga pengintaian, perang elektronika, dan bahkan jika memungkinkan dapat dijadikan rudal dan bombing. “Kalau industri pertahanan kuat, TNI pasti kuat. Inilah yang ingin kita capai ke depan. Disamping itu kepentingan pemerintah adalah membangun multiplier effect dari pengembangan industri pertahanan dalam negeri ini,” ungkapnya.
Untuk mencapai semua itu, menurut Marzan, diperlukan kerjasama yang lebih luas dan intens dari seluruh potensi bangsa baik dari sistem politik (Kemenhan, Kemenperin, Kemenkominfo, Kemenristek dan Bappenas), sistem demand (TNI), sistem industri serta sistem litbang. “Secara umum BPPT akan berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, audit teknlogi, pengkaji dan penyedia solusi teknologi dalam mendukung industri pertahanan ini. BPPT akan terus berkontribusi secara berkelanjutan untuk mewujudkan PUNA nasional sebagai salah satu wahana pencapaian kemandirian teknologi industri pertahanan nasional yang menjadi keniscayaan suatu bangsa,” tutup Marzan.
Sumber: BPPT
Indonesia Bangun Satu Skuadron PUNA Produksi Dalam Negeri
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri) didampingi KASAU Marsekal TNI Imam Sufaat (kanan) melihat bagian kamera dari Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung ketika uji coba kemampuan terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Kamis (11/10). PTTA hasil pengembangan Balitbang Kemhan dan BPPT tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan militer dalam hal pengamatan wilayah (survailence), penanganan kebakaran hutan, pembuatan hujan buatan, dan mampu menggantikan pesawat tempur yang disebut dengan Unnamed Combat Aerial Vehicle (UCAV). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf//Koz/mes/12)
11 Oktober 2012, Jakarta: Indonesia memutuskan membangun satu skuadron pesawat terbang tanpa awak atau pesawat udara nir awak (PTTA/PUNA) yang sepenuhnya akan diproduksi di Indonesia dan dikerjakan oleh orang Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai menyaksikan uji coba pesawat Wulung, pesawat tanpa awak yang dirancang untuk memantau/mengintai perbatasan dan bencana, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/10).
Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Ibu Negara yang baru mendarat dari kunjungan kerja di Yogyakarta pun turut menyaksikan lima jenis prototype PTTA/PUNA yang dipamerkan di sana. Keputusan memproduksi satu skuadron PTTA/PUNA inipun sudah disetujui oleh Presiden. "Bapak Presiden sudah mendukung tadi, sudah diputuskan pagi ini, satu skuadron pesawat udara nir awak akan berjalan di perbatasan," kata Purnomo.
Ada lima jenis PTTA/ PUNA yang dipamerkan, yakni Puna Alap-alap, Puna Gagak, Wulung PA5-100, Puna Pelatuk, dan Sriti.
Dengan bentangan sayap 6,36 meter, panjang 4,32 meter, tinggi 1,32 meter serta berat 120 kg pesawat PUNA dinilai efektif untuk misi pemotretan udara pada area yang sangat luas serta pengukuran karakteristik atmosfer. Pesawat tersebut merupakan hasil pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan, dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pesawat terbang tanpa awak ini juga akan dipergunakan untuk kepentingan militer dalam pengamatan wilayah (surveillance). Fungsinya juga dapat menggantikan pesawat tempur tanpa awak Unmanned Combat Air Vehicle (UNCAV), serta dapat pula digunakan untuk kepentingan sipil seperti penanganan kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan.
Jika PTTA/PUNA produksi dalam negeri ini berhasil, maka akan membawa keuntungan diantaranya memiliki nilai ekonomis tinggi, mengurangi ketergantungan pada negara-negara produsen yang selama ini menjadi pemasok alat utama sistem senjata TNI, bersifat fleksibel dalam pengembangan, meningkatkan peran industri dalam negeri, serta dalam keadaan darurat dapat dioperasionalkan secara mandiri. "Tidak usah ada demo-demo (pesawat) lagi, jalan sekarang, langsung ke engineering manufacturing," kata Purnomo.
Ongkos Produksi PUNA Murah
Kementerian Pertahanan memutuskan memproduksi satu skuadron pesawat terbang tanpa awak atau pesawat udara nir awak (PTTA/PUNA) buatan dalam negeri. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Marzan A. Iskandar mengatakan, biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi lima unit PTTA/PUNA ini diperkirakan sekitar Rp5 miliar.
"Dalam waktu dekat kami keluarkan angkanya, tapi ya mungkin kalau satu skuadron itu 5 pesawat, sekitar 5-6 milyar, nggak mahal," kata Marzan di Base ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/10).
Menurut Marzan, untuk memproduksi PTTA/PUNA, pihaknya memprioritaskan pada BUMN, yakni PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Namun jika tidak memungkinkan, akan menyerahkan pada perusahaan swasta. "Preferensi pertama PT DI, kalau umpamanya ada kendala, ya kami akan minta industri yang lain, swasta juga nggak pa-pa," ujarnya.
Ia melanjutkan, PTTA/PUNA jenis Puna Alap-Alap, Puna Gagak, Wulung PA5-100, Puna Pelatuk, dan Sriti merupakan varian dari pesawat Wulung yang sudah digunakan sejak 2004. Tahun lalu, BPPT dengan dukungan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Riset dan Teknologi mempercepat rencana pembangunan satu skuadron PTTA/PUNA tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk proses riset sejak 2002, pembuatan dan uji coba, kata Marzan, tidak mencapai Rp 10 miliar.
Hingga akhirnya diputuskan memproduksi satu skuadron PTTA/PUNA pada 2013 nanti. "Kami sudah putuskan akan diproduksi satu skuadron, 5 atau 6 unit pertama," kata Marzan.
Menurut Marzan, pesawat dengan mesin dua tax ini dapat terbang sejauh 70 kilometer dengan ketinggian 12.000 kaki. Fungsi utamanya untuk mengintai, penginderaan dari udara menggunakan kamera/ video untuk melihat kondisi di darat dan udara selama 24 jam. Hasilnya akan ditransmisikan langsung ke stasiun pengamat di darat pada saat itu juga.
Sumber: Jurnas
11 Oktober 2012, Jakarta: Indonesia memutuskan membangun satu skuadron pesawat terbang tanpa awak atau pesawat udara nir awak (PTTA/PUNA) yang sepenuhnya akan diproduksi di Indonesia dan dikerjakan oleh orang Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai menyaksikan uji coba pesawat Wulung, pesawat tanpa awak yang dirancang untuk memantau/mengintai perbatasan dan bencana, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/10).
Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Ibu Negara yang baru mendarat dari kunjungan kerja di Yogyakarta pun turut menyaksikan lima jenis prototype PTTA/PUNA yang dipamerkan di sana. Keputusan memproduksi satu skuadron PTTA/PUNA inipun sudah disetujui oleh Presiden. "Bapak Presiden sudah mendukung tadi, sudah diputuskan pagi ini, satu skuadron pesawat udara nir awak akan berjalan di perbatasan," kata Purnomo.
Ada lima jenis PTTA/ PUNA yang dipamerkan, yakni Puna Alap-alap, Puna Gagak, Wulung PA5-100, Puna Pelatuk, dan Sriti.
Dengan bentangan sayap 6,36 meter, panjang 4,32 meter, tinggi 1,32 meter serta berat 120 kg pesawat PUNA dinilai efektif untuk misi pemotretan udara pada area yang sangat luas serta pengukuran karakteristik atmosfer. Pesawat tersebut merupakan hasil pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan, dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pesawat terbang tanpa awak ini juga akan dipergunakan untuk kepentingan militer dalam pengamatan wilayah (surveillance). Fungsinya juga dapat menggantikan pesawat tempur tanpa awak Unmanned Combat Air Vehicle (UNCAV), serta dapat pula digunakan untuk kepentingan sipil seperti penanganan kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan.
Jika PTTA/PUNA produksi dalam negeri ini berhasil, maka akan membawa keuntungan diantaranya memiliki nilai ekonomis tinggi, mengurangi ketergantungan pada negara-negara produsen yang selama ini menjadi pemasok alat utama sistem senjata TNI, bersifat fleksibel dalam pengembangan, meningkatkan peran industri dalam negeri, serta dalam keadaan darurat dapat dioperasionalkan secara mandiri. "Tidak usah ada demo-demo (pesawat) lagi, jalan sekarang, langsung ke engineering manufacturing," kata Purnomo.
Ongkos Produksi PUNA Murah
Kementerian Pertahanan memutuskan memproduksi satu skuadron pesawat terbang tanpa awak atau pesawat udara nir awak (PTTA/PUNA) buatan dalam negeri. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Marzan A. Iskandar mengatakan, biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi lima unit PTTA/PUNA ini diperkirakan sekitar Rp5 miliar.
"Dalam waktu dekat kami keluarkan angkanya, tapi ya mungkin kalau satu skuadron itu 5 pesawat, sekitar 5-6 milyar, nggak mahal," kata Marzan di Base ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/10).
Menurut Marzan, untuk memproduksi PTTA/PUNA, pihaknya memprioritaskan pada BUMN, yakni PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Namun jika tidak memungkinkan, akan menyerahkan pada perusahaan swasta. "Preferensi pertama PT DI, kalau umpamanya ada kendala, ya kami akan minta industri yang lain, swasta juga nggak pa-pa," ujarnya.
Ia melanjutkan, PTTA/PUNA jenis Puna Alap-Alap, Puna Gagak, Wulung PA5-100, Puna Pelatuk, dan Sriti merupakan varian dari pesawat Wulung yang sudah digunakan sejak 2004. Tahun lalu, BPPT dengan dukungan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Riset dan Teknologi mempercepat rencana pembangunan satu skuadron PTTA/PUNA tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk proses riset sejak 2002, pembuatan dan uji coba, kata Marzan, tidak mencapai Rp 10 miliar.
Hingga akhirnya diputuskan memproduksi satu skuadron PTTA/PUNA pada 2013 nanti. "Kami sudah putuskan akan diproduksi satu skuadron, 5 atau 6 unit pertama," kata Marzan.
Menurut Marzan, pesawat dengan mesin dua tax ini dapat terbang sejauh 70 kilometer dengan ketinggian 12.000 kaki. Fungsi utamanya untuk mengintai, penginderaan dari udara menggunakan kamera/ video untuk melihat kondisi di darat dan udara selama 24 jam. Hasilnya akan ditransmisikan langsung ke stasiun pengamat di darat pada saat itu juga.
Sumber: Jurnas
Tuesday, October 9, 2012
Embarkasi Marinir dan Ranpur dari LST dan LPD
(Foto: Dispenarmabar)
9 Oktober 2012, Surabaya: Pasukan pendarat Marinir melaksnakan kegiatan embarkasi pasukan dan tank amfibi serta kendaraan tempur marinir di sejumlah KRI jenis Angkut pasukan Landing ship tank dan di kapal Markas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) KRI Banjarmasin-592, Selasa (9/10/2012).
KRI jenis angkut pasukan yang dilibatkan dalam unsur tugas Angkut Komando Tugas Gabungan Amfibi dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) yang dijabat oleh Pangarmabar Laksda TNI Sadiman .S.E.
Kapal jenis angkut pasukan tersebut KRI jenis Angkut pasukan KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515,KRI Celukan Bawang-532, KRI Teluk Sibolga-536 dan dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.
Sedangkan Unsur Tugas Bantu dilibatkan KRI Arun- 903,KRI Soeharso-990 dan sejumlah unsur penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan KRI Teluk Sibolga-536 ditugaskan sebagai satuan aju dalam lintas laut manuver lapangan Komando Tugas gabungan Amfibi menuju Perairan Kalimantan Timur.
Sementara itu di Pangkalan Angkatan Laut Ujung Surabaya dilaksanakan kegiatan peran tempur bahaya udara yang dilaksnakan oleh seluruh unsur yang disimulasikan mendapat serangan udara.
Sumber: Dispenarmabar
9 Oktober 2012, Surabaya: Pasukan pendarat Marinir melaksnakan kegiatan embarkasi pasukan dan tank amfibi serta kendaraan tempur marinir di sejumlah KRI jenis Angkut pasukan Landing ship tank dan di kapal Markas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) KRI Banjarmasin-592, Selasa (9/10/2012).
KRI jenis angkut pasukan yang dilibatkan dalam unsur tugas Angkut Komando Tugas Gabungan Amfibi dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) yang dijabat oleh Pangarmabar Laksda TNI Sadiman .S.E.
Kapal jenis angkut pasukan tersebut KRI jenis Angkut pasukan KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515,KRI Celukan Bawang-532, KRI Teluk Sibolga-536 dan dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.
Sedangkan Unsur Tugas Bantu dilibatkan KRI Arun- 903,KRI Soeharso-990 dan sejumlah unsur penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan KRI Teluk Sibolga-536 ditugaskan sebagai satuan aju dalam lintas laut manuver lapangan Komando Tugas gabungan Amfibi menuju Perairan Kalimantan Timur.
Sementara itu di Pangkalan Angkatan Laut Ujung Surabaya dilaksanakan kegiatan peran tempur bahaya udara yang dilaksnakan oleh seluruh unsur yang disimulasikan mendapat serangan udara.
Sumber: Dispenarmabar
Parlemen Dukung Pencairan Anggaran Alutsista
MLRS Astros II Mk 6 akan memperkuat satuan kavaleri TNI AD. (Foto: Berita HanKam)
9 Oktober 2012, Jakarta: DPR berkomitmen mendukung pencairan dana on top (dana yang tak diambil dari APBN, tapi langsung dianggarkan Bappenas) untuk penguatan alat utama sistem senjata (alutsista). Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan dana on top pada 2013 sebesar 18,3 triliun rupiah.
"Asalkan untuk kepentingan alutsista, kami prinsipnya no problem. Apalagi itu sudah diprogram hingga 2014 mendatang," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Senin (8/10). Permintaan pengajuan dana itu masih dibahas di Badan Anggaran DPR. "Kami di Komisi I tinggal memastikan, kalau ada penyesuaian dana on top dari Banggar, penyesuaiannya berapa?" kata Tubagus.
Total dana on top alutsista yang dianggarkan pemerintah dari 2010 hingga 2014 sebesar 57 triliun rupiah. Dana itu sebagai tambahan untuk memenuhi kekuatan pokok minimal (minimum essential forces) untuk periode lima tahun itu sebesar 156 triliun rupiah. Dana itu terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar 99 triliun rupiah dan dana on top sebesar 57 triliun rupiah.
Kemhan menargetkan bisa mengadakan 45 jenis alutsista dari anggaran tersebut untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Jumlah itu setara dengan 30 persen kekuatan MEF. Adapun MEF sendiri ditarget tercapai pada 2024 mendatang. Sebanyak 14 jenis alutsista di antaranya diperuntukkan bagi TNI AU, yang terdiri dari lima jenis pesawat tempur, tiga jenis pesawat angkut, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, serta beberapa jenis pesawat tanpa awak dan alutsista udara lain di luar radar.
Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, justru sedikit pesimistis semua dana on top bisa cair pada 2014. "Kementerian Pertahanan seharusnya mengajukan dana on top pada 2013 lebih besar lagi karena dana tersisa masih besar. Minimal diajukan 22 triliun rupiah agar bisa terserap maksimal," kata Mahfudz.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, optimistis dana on top bisa maksimal dipergunakan hingga 2014 mendatang. "Hingga 2013 sudah cair 29 triliun rupiah. Sisanya saya optimistis bisa dicairkan pada 2014 mendatang," kata Purnomo.
Adapun rincian dana on top yang sudah cair, antara lain hingga 2012 ini keluar sebesar 17 triliun rupiah, lalu pada 2013 diajukan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 trilun rupiah. Sisanya sebesar 28 triliun rupiah akan dicairkan pada 2014. "Kita upayakan untuk bisa cair semua," ujar Purnomo.
Dengan demikian, target mencapai 30 persen kekuatan MEF pada 2014 bisa tercapai. Menhan bahkan optimistis bisa melampaui target MEF hingga 40 persen di masa akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ini karena kita banyak ditawarkan alutsista hibah dari negara lain," kata dia. Hibah 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat dinilai sangat signifikan menggenjot target pemenuhan MEF.
Sumber: Koran Jakarta
9 Oktober 2012, Jakarta: DPR berkomitmen mendukung pencairan dana on top (dana yang tak diambil dari APBN, tapi langsung dianggarkan Bappenas) untuk penguatan alat utama sistem senjata (alutsista). Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan dana on top pada 2013 sebesar 18,3 triliun rupiah.
"Asalkan untuk kepentingan alutsista, kami prinsipnya no problem. Apalagi itu sudah diprogram hingga 2014 mendatang," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Senin (8/10). Permintaan pengajuan dana itu masih dibahas di Badan Anggaran DPR. "Kami di Komisi I tinggal memastikan, kalau ada penyesuaian dana on top dari Banggar, penyesuaiannya berapa?" kata Tubagus.
Total dana on top alutsista yang dianggarkan pemerintah dari 2010 hingga 2014 sebesar 57 triliun rupiah. Dana itu sebagai tambahan untuk memenuhi kekuatan pokok minimal (minimum essential forces) untuk periode lima tahun itu sebesar 156 triliun rupiah. Dana itu terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar 99 triliun rupiah dan dana on top sebesar 57 triliun rupiah.
Kemhan menargetkan bisa mengadakan 45 jenis alutsista dari anggaran tersebut untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Jumlah itu setara dengan 30 persen kekuatan MEF. Adapun MEF sendiri ditarget tercapai pada 2024 mendatang. Sebanyak 14 jenis alutsista di antaranya diperuntukkan bagi TNI AU, yang terdiri dari lima jenis pesawat tempur, tiga jenis pesawat angkut, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, serta beberapa jenis pesawat tanpa awak dan alutsista udara lain di luar radar.
Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, justru sedikit pesimistis semua dana on top bisa cair pada 2014. "Kementerian Pertahanan seharusnya mengajukan dana on top pada 2013 lebih besar lagi karena dana tersisa masih besar. Minimal diajukan 22 triliun rupiah agar bisa terserap maksimal," kata Mahfudz.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, optimistis dana on top bisa maksimal dipergunakan hingga 2014 mendatang. "Hingga 2013 sudah cair 29 triliun rupiah. Sisanya saya optimistis bisa dicairkan pada 2014 mendatang," kata Purnomo.
Adapun rincian dana on top yang sudah cair, antara lain hingga 2012 ini keluar sebesar 17 triliun rupiah, lalu pada 2013 diajukan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 trilun rupiah. Sisanya sebesar 28 triliun rupiah akan dicairkan pada 2014. "Kita upayakan untuk bisa cair semua," ujar Purnomo.
Dengan demikian, target mencapai 30 persen kekuatan MEF pada 2014 bisa tercapai. Menhan bahkan optimistis bisa melampaui target MEF hingga 40 persen di masa akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ini karena kita banyak ditawarkan alutsista hibah dari negara lain," kata dia. Hibah 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat dinilai sangat signifikan menggenjot target pemenuhan MEF.
Sumber: Koran Jakarta
Subscribe to:
Posts (Atom)