Thursday, June 3, 2010

Pindad Diduga Produksi Detonator Berlebihan

Pegawai Divisi Munisi PT Pindad sedang menyortir peluru-peluru secara manual. Divisi Munisi PT Pindad yang terletak di Turen, Malang, Jawa Timur setiap tahunnya memproduksi 100 juta butir peluru dan bom berbagai ukuran dan kaliber. Selain untuk kebutuhan TNI/Polri, peluru-peluru ini juga di ekspor ke negara-negara tetangga. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

04 Juni 2010, Malang -- Meledaknya sekitar 7.500 detonator yang sedang diproduksi PT Pindad Persero, di Desa Sedayu, Turen, Kabupaten Malang, menimbulkan kecurigaan. Insiden yang menelan korban jiwa tiga karyawan perusahaan pelat merah itu diduga terjadi lantaran PT Pindad hanya mengejar order, tanpa memikirkan risiko.

Akibatnya, menurut sumber Surya, Kamis (3/6), mesin perakit tak kuat dipakai memproduksi detonator yang overproduksi. Mesin menjadi panas akibat peningkatan gesekan dan tekanan, sehingga menyebabkan delay elemen terbakar.

Terbakarnya delay elemen itu menimbulkan percikan api, sehingga menyebabkan satu detonator meletus kemudian memicu detonator lain meledak secara beruntun tiga kali, menyebabkan kerusakan bangunan, sekaligus meminta korban jiwa. Hanya, sumber itu tak menyebut, berapa ribu produksi detonator yang dihasilkan Pindad setiap hari.

Namun, pihak Pindad membantah dugaan overproduksi itu. Menurut Dirut Pindad, Adik Avianto S, jumlah produksi detonator di perusahaannya wajar. Dia menjelaskan, kejadian ledakan itu berlangsung pada proses produksi atau perakitan. Sebagian detonator sudah ada yang selesai dirakit, sebagian lagi masih setengah jadi.

“Ah, nggak benar terjadi overproduksi. Perakitan detonator sebanyak itu dalam sehari normal saja, dan masih rata-rata,” tegasnya, Kamis (3/6).

Kebetulan, paparnya, saat muncul ledakan, para korban berada di gedung yang kena ledakan seraya mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang mengepres detonator, dan ada yang mengepak detonator yang selesai diproduksi.

Seperti diberitakan, 7.500 detonator meledak di PT Pindad, Rabu (2/6) siang. Kecelakaan itu menyebabkan tiga karyawan tewas dan empat luka. Ledakan juga merusakkan gedung tempat memproduksi detonator. (Surya, 3/6).

Olah TKP

Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Surabaya, Kamis (3/6) siang, melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dipimpin AKBP Kusnadi, waka Labfor, olah TKP berlangsung tertutup untuk wartawan.

“Olah TKP selesai. Beberapa peralatan dibawa tim untuk diteliti. Soal penyebab ledakan, masih menunggu hasil uji lab,” kata AKP Hartoyo SH SIk, kasat Reskrim Polres Malang.

Ditemui seusai mendampingi tim labfor, Hartoyo menambahkan, pihaknya sudah memeriksa dua orang saksi. Mereka, Ir Widiarso, manajer Perusahan Pindad dan seorang karyawan bernama Aditya.

“Aditya diperiksa karena satu regu dengan para korban, sedang Pak Widiarso sebagai penanggung jawab,” ungkapnya.

Mengomentari insiden tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)) yang juga analis militer, Dr Muhadjir Effendy, menyarankan agar pemerintah merelokasi perusahaan pembuat amunisi itu ke tempat yang lebih representatif, yang terpencil. Dia mencontohkan Pulau Sempu sebagai lokasi yang jauh dari warga.

“Lihat saja lokasi Pindad itu, di sekelilingnya pemurkiman penduduk. Harusnya pabrik senjata kan steril dan tertutup, sehingga kalau ada insiden tidak berdampak luas,” ujar Muhadjir.

Surya

No comments:

Post a Comment