S-300PMU2. (Foto: enemyforces.net)
29 Juni 2009 -- Israel berusaha keras mencegah pengiriman sistem pertahanan udara S-300 ke Iran berdasarkan kontrak antara pemerintah Rusia dan Iran tahun 2007, diberitakan harian Haaretz, Minggu (28/6).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berbicara dengan timbalannya dari Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan kesepatan penjualan senjata tersebut. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengulangi lagi permintaan tersebut saat bertemu dengan KASAD Rusia Jenderal Nikolai Makarov pada minggu lalu di arena pameran dirgantara Paris Airshow.
Israel dan Amerika Serikat menolak pengiriman sistem pertahanan udara S-300 ke Iran karena merusak perimbangan militer di kawasan Timur Tengah, dan hingga saat ini Rusia menuda implementasi perjanjian.
Menurut sebuah sumber di Rusia, meskipun Iran belum menerima sistem pertahan udara S-300 ke Iran di bulan Maret, para pemimpin di Moskow mengulangi komitmennya memenuhi kontrak tersebut yang bernilai jutaan dolar.
Haaretz mengatakan saat kunjungan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman ke Moskow beberapa minggu lalu, Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan kepada pejabat Israel sejumlah pembayaran dibawah kontrak tersebut telah dilakukan.
Pengiriman senjata ke Iran penting untuk Rusia karena Moskow telah kehilangan posisinya sebagai pemain utama penjual senjata di pasar Asia terutama di Cina dan India.
Versi terbaru S-300 adalah S-300PMU2 Favorit, menjangkau sasaran hingga 195 kilometer dan mampu menyergap pesawat dan rudal balistik pada ketinggian dari 10 meter hingga 27 kilometer. Kinerja S-300 sebanding sistem pertahanan udara buatan AS MIM-104 Patriot.
RIA Novosti/@info-hankam
No comments:
Post a Comment