Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Monday, February 22, 2010
"Super Tucano" Sudah Sesuai Prosedur
22 Pebruari 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, penetapan pesawat tempur taktis "Super Tucano" dari Brazil, untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco, sudah sesuai prosedur.
"Kita sudah lakukan kajian terhadap beberapa jenis pesawat yang bisa menggantikan tugas dan peran OV-10 Bronco. Dari sekian jenis yang ada, terpilihlah `super tucano` yang kemudian kita ajukan ke Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan," ujarnya di Jakarta, Senin.
Ketika dikonfirmasi ANTARA usai menghadiri rapat kerja Menteri Pertahanan dan Panglima TNI dengan Komisi I DPR, Imam mengatakan, kajian yang dilakukan terhadap beberapa pesawat calon pengganti OV-10 Bronco itu lalu diserahkan ke Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan untuk ditindaklanjuti proses pengadaannya.
Untuk menggantikan OV-10 Bronco, TNI AU melakukan pengkajian terhadap tiga jenis pesawat yakni `Super Tucano` dari Brazil, K-1B dari Korea Selatan, dan K08 dari Cina.
"Kami diminta mengajukan satu pesawat pengganti yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serupa OV-10 Bronco. Selanjutnya proses pengadaan seperti tender dan lain-lain diserahkan ke Kementerian Pertahanan. Jadi kita tidak menunjuk langsung, tetapi kita ada beberapa pilihan dan setelah dikaji `super tucano` yang sesuai," tuturnya.
Imam menegaskan, pihaknya akan menyerahkan keputusan tentang penetapan `super tucano` sebagai pengganti OV-10 Bronco kepada Kemhan.
"Yang jelas, `super tucano` adalah yang sesuai untuk menggantikan OV-10 Bronco. Ya kita lihat saja, keputusannya bagaimana. Yang jelas penggantian OV-10 Bronco, sudah sangat mendesak. Sudah hampir tiga tahun skadron pesawat OV-10 Bronco itu tidak berjalan karena pesawatnya sudah dihanggarkan semua," ungkap Imam.
Tak hanya itu, pihaknya terpaksa mengajukan tambahan anggaran pembelian satu skadron OV-10 Bronco dari 200 juta dolar AS pada 2007 untuk 18 pesawat, menjadi 250 juta dolar AS pada 2010 hanya dengan 16 pesawat.
"Ini terjadi karena selisih kurs yang tinggi antara tahun 2007 dan 2010 dan karena harganya yang memang naik. Belum teknologi yang harus disesuaikan lagi," ungkap Kasau.
Pesawat OV-10 Bronco diproduksi pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU pada 1979.
Pada rapat kerja Komisi I DPR dengan Menhan dan Panglima TNI itu, sebagian anggota Komisi I DPR mempertanyakan kebijakan TNI AU yang langsung menunjuk pesawat Super Tucano buatan Brazil, sebagai pengganti OV-10 Bronco yang ditengarai sebagai penunjukkan langsung.
Penunjukkan langsung dalam pengadaan barang dan jasa bertentangan dengan Keppres 80 tentang pengadaan barang dan jasa oleh departemen atau instansi pemerintah.
ANTARA News
Labels:
TNI AU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment