Salah satu produksi PT. PAL Indonesia KRI Barakuda-814 dari jenis kapal patroli cepat 57 meter NAV IV, mampu didarati helikopter sekelas NBO-105. TNI AL mengoperasikan 3 kapal dari jenis ini. (Foto: PAL Indonesia)
20 Desember 2009 -- TNI AL ingin melibatkan dan memaksimalkan keberadaan galangan dalam negeri,salah satunya PT PAL Indonesia.Tujuannya untuk menyiasati keterbatasan anggaran Dephan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap asing.
Terhitung mulai 2009,TNI Angkatan Laut (AL) mulai mengubah ‘tradisi’ pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan( Alutsista),terutamakapalperang. Jika sebelumnya pengadaan dilakukan dengan membeli kapal jadi dari luar negeri,itu sudah mulai ditinggalkan. TNI AL ingin melibatkan dan memaksimalkan keberadaan galangan dalam negeri,salah satunya PT PAL Indonesia.
Ini untuk menyiasati keterbatasan anggaran Departemen Pertahanan (Dephan) sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap asing terkait perlengkapan militer. Program yang digulirkan adalah dengan melibatkan PT PAL Indonesia dalam pembuatan kapal perang.Terakhir,PT PAL Indonesia yang berada di Ujung,Surabaya,menyerahkan KRI Banjarmasin-592 berjenis Landing Platform Deck (LPD).
Ini merupakan kapal ketiga dari empat yang direncanakan. KRI Banjarmasin-592 lebih istimewa karena dirakit di galangan kapal PT PAL Indonesia,walaupun secara teknologi masih bekerjasama dengan Daewoo International Corporation Shipbuilding, Korea Selatan. Sedangkan dua pendahulunya, KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591 sepenuhnya dikerjakan di Korea Selatan. Untuk pembuatan KRI Banjarmasin- 592, tenaga ahli dari Korea Selatan bertugas sebagai supervisi.
Keberhasilan merakit kapal perang di galangan kapal dalam negeri ini yang disebut-sebut sebagai keberhasilan melaksanakan Transfer of Technology terhadap industri strategis nasional. “Kita harus mulai percaya diri terhadap kemampuan sendiri,” jelas Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul SE. Pihaknya optimistis galangan dalam negeri mempunyai kemampuan untuk membuat kapal perang, walaupun untuk sementara masih butuh supervisi dari tenaga ahli luar negeri.
Transfer of Technology akan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan galangan yang ada. Pihaknya mengakui tidak semua peralatan militer bisa dibuat di dalam negeri, misalnya rencana pengadaan dua kapal selam yang masih akan memesan ke luar negeri. KRI Banjarmasin-592 bisa disebut sebagai titik tolak galangan dalam negeri dalam produksi alutsista.
Melihat spesifikasinya, kapal tersebut tergolong luar biasa,memiliki berat 7300 ton dengan panjang 122 meter dan lebar 22 meter.KRI Banjarmasin juga mampu mengangkut 507 pers-onel, 13 unit tank dan dua unit Landing Craft Vehicles. Dengan kecepatan maksimal 15 knot, kapal dilengkapi senjata kaliber 57 mm dan dua unit kaliber 40 mm. Kapal yang juga dilengkapi dengan landasan heli super puma tersebut diawaki 100 orang ABK.
Berhasil memproduksi KRI Banjarmasin- 592,TNI AL akan rencananya memesan sejumlah kapal baru. Seperti yang pernah disebut Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Agus Suhartono, TNI AL berencana membuat sebuah kapal berpeluru kendali.Sama dengan KRI Banjarmasin-592,rencananya kapal tersebut akan melibatkan galangan dalam negeri yang bekerjasama dengan asing.
Selain itu TNI AL juga akan membuat kapal dengan kemampuan landing craft vehicle dengan daya tampung lebih besar. Layaknya sebuah kapal induk, kapal tersebut direncakan bisa menampung lima atau lebih helikopter sekaligus. Ini merupakan kemajuan tersendiri karena TNI AL belum pernah memiliki kapal yang bisa menampung heli lebih dari satu.
Sebagai gambaran, kapal yang juga bertipe LPD ini dirancang secara khusus untuk mampu dibebani senjata 100mm dan dilengkapi dengan ruang untuk sistem kendali senjata (Fire Control System) yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan self defence. Sekaligus mampu melindungi pendaratan pasukan dan kendaraan taktis dan tempur, serta untuk pendaratan helikopter.
Adapun spesifikasi kapal nantinya adalah untuk Landing Craft Carrier, yakni dilengkapi Class Landing Craft Unit untuk pendaratan pasukan sepanjang 23 meter. Juga mampu mengangkut kendaraan tempur seperti tank, dengan rincian combat vehicle 22 unit dan tactical vehicle13 unit. Total personel yang terangkut dalam kapal adalah 507 personil, termasuk pasukan dan kru kapal.
Model kapal jenis OPV-60 (Offshore Patrol Vessel) dirancang PT. PAL Indonesia, panjang 60 meter, berat 500 ton, diawaki 40 - 45 awak serta mampu berlayar selama 5 - 10 hari pada kecepatan 20 knot. (Foto: @info-hankam)
Kapal dengan total panjang 125 meter ini, selain mempunyai kemampuan tempur, sekaligus bisa digunakan untuk misi kemanusiaan dan penanggulangan bencana karena bisa mengangkut helikopter sekitar lima unit. Dalam waktu dekat PT PAL Indonesia juga akan mengembangkan desain untuk kapal Korvet 1300 ton dan 1500 ton,termasuk desain Kapal Pemburu Ranjau 600 ton.Itu belum termasuk kapal berpeluru kendali yang akan dipesan TNI AL pada 2010 mendatang.
Dari sisi teknologi, untuk mendukung misi kapal perang, setiap kapal perang di lengkapi dengan komputer sistem navigasi, sistem komunikasi pengontrolan yang canggih dan standar alat perang dengan spesifikasi yang terpasang, tentunya tergantung permintaan. Sejarah pembuatan kapal untuk TNI AL dimulai dari KPC 57 Meter-NAV 1 buatan 1988. Kapal yang dibuat dua unit ini mempunyai panjang total 58,10 meter dan kecepatan maksimal 30 Knot.
Dengan daya angkut 454 Ton dan berpenumpang 42 orang, kapal ini mempunyai kekuatan 2x4130 Horse Power (HP). Generasi selanjutnya adalah KPC 57 meter-NAV II yang diluncurkan dua unit pada 1989. Spesifikasinya sama persis dengan NAV I, namun ada pembaruan dari sisi tampilan, di mana NAV II terlihat lebih modern dan ‘futuristik’ dibandingkan dengan pendahulunya. Masih dengan ukuran 57 Meter, PT PAL selanjutnya membuat pesanan KPC NAV III pada 1992 dan 1995 sebanyak tiga unit.
Sekali lagi, kemampuan dan spesifikasi kapal ini ibarat fotocopy dua kapal sebelumnya. Hanya penampilan saja yang diubah mengikuti perkembangan zaman. Itu ternyata masih berlaku di KPC NAV IV dan NAV V yang dirilis pada 2000, 2002 dan 2003. PT PAL masih memakai spesifikasi KPC sebelumnya.Hanya teknologi seperti radar, navigasi dan sistem persenjataan yang dibuat lebih komplit dan mengikuti perkembangan yang ada.
Bagaimana dengan kapal selam? Nampaknya Indonesia masih harus banyak belajar dan bersabar. Pasalnya sejauh ini galangan dalam negeri belum mampu membuat satu pun kapal selam. Bahkan TNI AL rencananya kembali memesan kapal selam dari negara lain. Seperti pernah diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, TNI AL masih mempertimbangkan tiga negara yang dianggap memiliki teknologi kapal selam termutakhir, yaknia Belanda, Rusia dan Korea Selatan.
SEPUTAR INDONESIA
No comments:
Post a Comment